HERI SUPIYANTO, 105060034 (2016) PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING UNTUK MENINGKATKAN KERJA SAMA DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN TEMATIK. Skripsi(S1) thesis, FKIP UNPAS.
Text
Cover.docx Download (46kB) |
|
Text
Lembar Pengesahan.rtf Download (62kB) |
|
Text
moto dan persembahan.docx Download (13kB) |
|
Text
surat PERNYATAAN.docx Download (13kB) |
|
Text
Abstrak.doc Download (38kB) |
|
Text
Abstrak english.docx Download (13kB) |
|
Text
KATA PENGANTAR.docx Download (13kB) |
|
Text
UCAPAN TERIMAKASIH..docx Download (15kB) |
|
Text
DAFTAR ISI..docx Download (22kB) |
|
Text
BAB I.docx Download (31kB) |
|
Text
BAB II.docx Download (89kB) |
|
Text
BAB III.docx Restricted to Repository staff only Download (42kB) |
|
Text
BAB IV HAL.docx Restricted to Repository staff only Download (14kB) |
|
Text
BAB IV..docx Restricted to Repository staff only Download (441kB) |
|
Text
BAB V HAL.docx Restricted to Repository staff only Download (15kB) |
|
Text
BAB V.docx Restricted to Repository staff only Download (18kB) |
|
Text
Baru Daftar Pustaka.docx Download (15kB) |
|
Text
Riwayat Hidup.doc Download (1MB) |
Abstract
ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kerja sama dan hasil belajar siswa melalui model Discovery Learning dalam pembelajaran Tematik pada Tema Indahnya dalam Keberagaman. Penelitian tindakan kelas dilaksanakan di kelas IV SDN Asmi Bandung. Penelitian ini dilatar belakangi dengan keadaan siswa di kelas IV SDN Asmi Bandung yang tidak Aktif dan kritis didalam pembelajaran dikarenakan guru sering menggunakan model pembelajaran yang kurang bervariasi misalnya ceramah konvensional yang menyebabkan pembelajaran menjadi kurang menyenangkan, sedangkan dengan model-model pembelajaran yang lain khususnya model Discovery Learning belum pernah dilaksanakan. Penelitian ini menggunakan metode Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dengan menggunakan sistem siklus yang terdiri dari perencanaan, pelaksanaan, observasi, analisis dan refleksi. Penelitian ini dilaksanakan dalam 3 siklus. Dalam tiap siklusnya dilaksanakan kegiatan pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran Discovery Learning. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan model pembelajaran Discovery Learning dapat meningkatkan kerja sama dan hasil belajar siswa. Hal tersebut dapat dilihat dari nilai presentase peningkatan kerja sama dan hasil belajar siswa, yaitu pada siklus I sikap kerja sama 49% kurang, siklus II 69% dengan kategori cukup baik, dan siklus III 92% kategori baik. Sedangkan pada hasil belajar siswa yaitu siklus I 54% kategori kurang, siklus II 72% kategori baik, sedangkan siklus III 92% kategori sangat baik. Kesimpulan yang diperolah dari penelitian ini adalah, bahwa penggunaan model pembelajaran discovery learning sangat menunjang terhadap peningkatan kerja sama dan hasil belajar siswa pada Tema Indahnya Kebersamaan kelas IV Sekolah Dasar. Dengan demikian, penggunaan model discovery learning dapat dijadikan salah satu model pembelajaran untuk diterapkan pada pembelajaran tematik. Kata kunci: Model pembelajaran Discovery Learning kerja sama dan hasil belajar. created by Heri Supiyanto 105060034 This research aims to enhance cooperation and student learning outcomes through the learning model of the Discovery Learning in the Thematic theme in the beauty of diversity. The research conducted in class IV primary shcool of SDN Asmi Bandung. This research is based on the condition of the student in class IV students at SDN Asmi Bandung is not active and critical in learning because teachers often use a less varied learning models such as conventional lectures which cause learning to be less fun, while learning models with other models, especially Discovery Learning has never been implemented. This study uses Classroom Action Research (PTK) using a system consisting of a cycle of planning, implementation, observation, analysis and reflection. This study was conducted in 3 cycles. In each cycle of learning activities carried out by applying a learning model Discovery Learning. The results showed that the use of the Discovery Learning learning model can improve collaboration and student learning outcomes. This can be seen from the percentage increase in the value of cooperation and student learning outcomes, ie in the first cycle of cooperation attitude 49% less, 69% with the second cycle category quite well, and the third cycle of 92% either category. While the student learning outcomes that category first cycle 54% less, 72% the second cycle either category, while the third cycle of 92% is very good category. The conclusions obtained from this study is that the use of discovery learning learning model strongly support the improvement of student collaboration on The Beauty in Diversity Theme Elementary School fourth grade. Thus, the use of discovery learning models can be used as one of the learning model to be applied to thematic learning. Keywords: Discovery Learning cooperative learning model and learning outcomes. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sistem pendidikan di Indonesia ternyata telah mengalami banyak perubahan. Perubahan-perubahan itu terjadi karena telah dilakukan berbagai usaha pembaharuan dalam pendidikan. Akibat pengaruh itu pendidikan semakin mengalami kemajuan. Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan mencerdaskan kehidupan bangsa bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berahlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, dan mandiri menjadi warga negara yang demokratis serta tanggung jawab, Undang-Undang Sisdiknas No. 20 tahun 2003. Undang-Undang No. 14 tahun 2005, tentang guru dan dosen menjelaskan bahwa Pembangunan Nasional dalam bidang pendidikan adalah upaya mencerdaskan kehidupan bangsa dan meningkatkan kualitas manusia Indonesia yang beriman, bertakwa, dan berakhlak mulia serta menguasai ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni dalam mewujudkan masyarakat yang maju, adil, makmur, dan beradab berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945. Pada dunia pendidikan pasti sudah tidak asing lagi dengan istilah kurikulum. Kurikulum merupakan program pendidikan kepada anak didik, karena kurikulum merupakan alat untuk mencapai tujuan pembelajaran. Di Indonesia sendiri sudah mengalami beberapa pengembangan kurikulum dari masa ke masa dari kurikulum 1947-2006 yang disebut KTSP ( Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan) sampai saat ini yaitu kurikulum 2013. Kurikulum 2013 merupakan penyempurnaan dari kurikulum sebelumnya. Walaupun sebagai penyempurna kurikulum sebelumnya banyak kendala yang dihadapi guru-guru dalam pelaksanaan pembelajarannnya terutama di kelas IV pada tema indahnya kebersamaan subtema kebersamaan dalam keberagaman. Guru-guru menemui banyak kendala dalam meningkatkan hasil belajar dan sikap kerja sama antar sesama siswa. Sikap kerja sama antar sesama siswa sangat penting pada proses pendidikan, karena dengan bekerja sama siswa akan mampu berinterkasi dengan baik dengan siswa lainnya dalam hal memecahkan masalah, menganalisis dan membuat kesimpulan dalam pembelajaran. Berangkat dari masalah tersebut, penulis mencoba observasi lapangan dan meneliti pembelajaran tematik. Penulis melakukan studi pendahuluan pada tema indahnya kebersamaan dengan subtema kebersamaan dalam keberagaman kegiatan pembelajaran 1, 2, dan 3 di kelas IV semester 1 SDN Asmi Bandung. SDN Asmi ini telah menggunakan kurikulum 2013, sehingga observasi ini sangat relevan terhadap permasalahan yang penulis sampaikan di atas. Penelitian tersebut menemui beberapa masalah dan yang paling urgen seperti tidak tepatnya guru dalam memilih model pembelajaran yang digunakannya, sehingga sikap kerja sama siswa terhadap materi pembelajaran yang dipelajari sangat rendah. Kerja sama yang rendah tersebut menyebabkan siswa di SD Asmi Kota Bandung bersifat individual dalam proses pembelajaran, sehingga siswa sangat kesulitan dalam memecahkan masalah pembelajaran yang dihadapinya. Penulis juga melakukan wawancara langsung kepada wali kelas untuk menguatkan penulis apa yang didapatkan di kelas. Data yang didapat dari wali kelas kepada penulis adalah data dari hasil belajar dengan tema indahnya kebersamaan pada subtema kebersamaan dalam keberagaman pembelajaran 1, 2, dan 3 semester 1 di kelas IV SDN Asmi Bandung Tahun Ajaran 2014/2015. Dari data tersebut penulis mendapatkan data yang nyata dari hasil belajar siswa. Bahwa dari 39 siswa hanya 50 % saja yang lulus atau hanya sekitar 20 orang saja dengan KKM 2,66. Nilai rata-rata kelas pun tidak mencapai 75% pada tema indahnya kebersamaan dengan subtema kebersamaan dalam keberagaman kegiatan pembelajaran 1, 2, dan 3. Data di atas menunjukkan fakta yang terjadi pada pembelajaran tematik kurikulum 2013. Banyaknya siswa yang belum lulus KKM menunjukkan ada yang salah dengan pembelajaran yang guru lakukan sebelumnya. Penyebab utama dari masalah di atas adalah kurangnya kreatifitas guru dalam menggunakan model pembelajaran. Model pembelajaran yang tepat akan memudahkan anak dalam menjalankan proses pembelajaran, sehingga sikap saling kerja sama antar siswa akan segera tumbuh, hasil belajar akan meningkat, dan akhirnya tujuan pembelajaran akan tercapai. Menurut kenyataan permasalahan yang sudah peneliti jabarkan tadi, maka peneliti ingin merancang suatu model pembelajaran yang dapat merangsang tumbunya kerja sama siswa pada tema indahnya kebersamaan subtema kebersamaan dalam keberagaman sehingga dapat meningkatkan hasil belajar siswa yaitu dengan menggunakan model pembelajaran Discovery Learning. Discovery adalah proses pembelajaran yang menitik beratkan pada mental intelektual para anak didik untuk memecahkan suatu persoalan yang dihadapi, sehingga dapat menemukan konsep atau suatu generalisasi di lapangan ( Hamalik, 1994: 90). Atas dasar latar belakang tersebut di atas, maka penulis memandang penting dan perlu untuk mengadakan penelitian dengan judul: “Penerapan Model Pembelajaran Discovery Learning untuk Meningkatkan Kerja Sama dan Hasil Belajar Siswa pada Pembelajaran Tematik ( penelitian tindakan kelas ini pada tema indahnya kebersamaan dengan subtema kebersamaan dalam keberagaman kegiatan pembelajaran 1, 2, dan 3 di kelas IV SDN Asmi Bandung tahun ajaran 2014/2015)”. B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya, maka identifikasi masalah dalam penelitian ini, yaitu sebagai berikut. 1. Kondisi kelas yang kurang kondusif. 2. Rendahnya sikap kerja sama siswa dalam pembelajaran. 3. Rendahnya kemampuan berinteraksi siswa dalam memecahkan permasalahan pembelajaran. 4. Kegiatan pembelajaran yang hanya berpatokan kepada guru, sehingga siswa menjadi pasif sehingga siswa sangat tergantung terhadap guru dan membuat siswa menjadi kuarang aktif, terlebih ketika guru lebih sering menggunakan metode ceramah. C. Rumusan Masalah dan Pertanyaan Penelitian 1. Rumusan Masalah Berdasarkan masalah yang telah diuraikan di latar belakang maka penulis merumuskan masalah dalam bentuk pertanyaan, adalah sebagai berikut. ’’Apakah penerapan model discovery learning dapat meningkatkan kerja sama dan hasil belajar siswa pada tema indahnya kebersamaan subtema kebersamaan dalam keberagaman di kelas IV SDN Asmi Bandung.” 2. Pertanyaan Penelitian Setelah rumusan masalah di atas diuraikan , maka untuk lebih spesifik lagi terhadap batasan mana yang harus diteliti, maka rumusan masalah tersebut dirinci lagi menjadi pertanyaan-pertanyaan penelitian sebagai berikut. 1. Apakah penggunaan model pembelajaran discovery learning dapat meningkatkan kerja sama dan hasil belajar siswa pada subtema kebersamaan dalam keberagaman? 2. Apakah penggunaan model pembelajaran discovery learning dapat meningkatkan interaksi antar siswa dalam memecahkan permasalahan pembelajaran pada subtema kebersamaan dalam keberagaman? 3. Apakah penggunaan model pembelajaran discovery learning dapat meningkatkan sikap menghargai perbedaan dalam keberagaman? D. Pembatasan Masalah Untuk mengarahkan Penelitian Tindakan Kelas ini, maka disusunlah batasan sebagai masalah sebagai berikut. 1. Penelitian Tindakan Kelas ini dilaksanakan di kelas IV SDN Asmi Kota Bandung. 2. Materi ajar yang diberikan dengan menggunakan tema indahnya kebersamaan pada subtema kebersamaan dalam keberagaman, kegiatan pembelajaran 1, 2, dan 3. 3. Model pembelajaran yang digunakan pada kegiatan pembelajaran ini adalah model discovery learning. 4. Pembelajaran menggunakan subtema kebersamaan dalam keberagaman pembelajaran 1, 2, dan 3. E. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian Tujuan yang hendak dicapai berdasarkan dengan rumusan masalah di atas adalah sebagai berikut. a. ingin mengetahui aktivitas kerja sama siswa dalam kegiatan pembelajaran sebelum menggunakan model discovery learning pada tema indahnya kebersamaan subtema kebersamaan dalam keberagaman kegiatan pembelajaran 1, 2, dan 3 semester 1 kelas IV; b. ingin mengetahui hasil belajar siswa sebelum menggunakan model discovery learning pada tema indahnya kebersamaan subtema kebersamaan dalam keberagaman kegiatan pembelajaran 1, 2, dan 3 semester 1 kelas IV; c. ingin mengetahui aktivitas siswa selama penggunaan model discovery learning pada tema indahnya kebersamaan subtema kebersamaan dan keberagaman kegiatan pembelajaran 1, 2, dan 3 semester 1 kelas IV; 2. Manfaat Penelitian a. Secara Teoretis Secara teoritis penelitian ini bermanfaat untuk menambah wawasan keilmuan bagi guru terutama pada subtema kebersamaan dalam keberagaman pembelajaran 1, 2, dan 3 di kelas IV SDN Asmi Bandung. b. Secara Praktis 1) Bagi Siswa Menambah pemahaman yang lebih pada siswa terutama dalam kegiatan belajar secara berkelompok dan tentang materi yang telah disampaikan. 2) Bagi Guru Memberikan strategi yang cocok digunakan dalam kegiatan belajar mengajar agar para guru bisa memahami kondisi dan situasi yang harus dilakukan pada setiap kegiatan belajar mengajar. 3) Bagi Sekolah Membantu sekolah agar sekolah tersebut lebih mengetahui kegiatan belajar seperti apa yang diinginkan oleh siswanya. 4) Bagi Peneliti Agar peneliti mengetahui strategi, model, dan metode yang cocok digunakan dalam setiap pembelajaran. 5) Bagi PGSD Berdampak positif bagi PGSD karena secara langsung mahasiswa/mahasiswi PGSD FKIP UNPAS terjun langsung ke lapangan untuk melakukan suatu penelitian yang nyata. F. Defenisi Operasional Untuk menghindari terjadinya salah pengertian terhadap istilah-istilah yang terdapat dalam variabel penelitian ini, maka istilah-istilah tersebut kemudian didefinisikan sebagai berikut. 1. Model Pembelajaran Discovery Learning adalah model pembelajaran kegiatan pembelajarannya berdasarkan penemuan yang sesuai dengan pencarian pengetahuan secara aktif oleh manusia, dan dengan sendirinya memberikan hasil yang paling baik. 2. Meningkatkan adalah suatu proses tahapan yang lebih tinggi atau lebih baik. 3. Kerja sama adalah suatu usaha bersama antara orang perorangan atau kelompok untuk mencapai tujuan bersama. 4. Hasil belajar adalah perubahan tingkah laku sebagai hasil belajar dalam pengertian yang lebih luas mencakup bidang kognitif, afektif, dan psikomotorik. 5. Pembelajaran adalah usaha sadar dari seorang guru untuk membelajarkan siswanya (mengarahkan interaksi siswa dengan sumber belajar lainnya) dalam rangkain mencapai tujuan yang diharapkan. Jadi kesimpulan dari “Penggunaan model pembelajaran ‘discovery learning’ untuk meningkatkan kerja sama dan hasil belajar siswa pada pembelajaran tematik” berdasarkan beberapa penjelasan tersebut adalah usaha-usaha nyata yang dilakukan untuk menunjukkan suatu perubahan yang signifikan dalam aktifitas kerja sama siswa dalam proses pembelajaran, sehingga melalui model pembelajaran penemuan siswa bisa berkerja sama memecahkan permasalahan dalam pembelajaran dengan cepat dan tepat menuju hasil belajar yang lebih baik dan meningkat. BAB II KAJIAN TEORI DAN PUSTAKA A. Pengertian Belajar dan Pembelajaran 1. Pengertian Belajar Menurut Dimyati dan Mudjiono (2006: 7), belajar merupakan tindakan dan perilaku siswa yang kompleks. Sebagai tindakan, maka belajar yang dialami oleh siswa sendiri. Siswa adalah penentu terjadinya atau tindakan terjadinya proses belajar. Proses belajar terjadi berkat siswa memperoleh sesuatu yang ada dilingkungan sekitar. Lingkungan yang dipelajari oleh siswa berupa keadaan alam, benda-benda, hewan, tumbuh-tumbuhan, manusia, atau hal-hal yang dijadikan bahan pelajaran. Menurut Gagne (dalam Dimyati dan Mudjiono, 2006: 10), belajar merupakan kegiatan yang kompleks. Hasil belajar berupa kapabilitas. Setelah belajar orang memiliki keterampilan, pengetahuan, sikap, dan nilai. Timbulnya kapabilitas tersebut adalah dari (1) stimulasi yang berasal dari lingkungan, dan (2) proses kognitif yang dilakukan oleh pembelajaran. Dengan demikian, belajar adalah seperangkat proses kognitif yang mengubah sifat stimulasi lingkungan, melewati pengolahan informasi, menjadi kapabilitas baru. Dari pengertian di atas dapat disimpulkan, bahwa inti dari kegiatan pendidikan suatu proses belajar, karena dengan belajar tujuan pendidikan akan tercapai. Oleh karena itu, kegiatan belajar sangat penting karena berhasil tidaknya seseorang untuk menempuh pendidikan sangat ditentukan oleh baik tidaknya kegiatan belajarnya. Melalui proses belajar seseorang dapat mengembangkan potensi yang dimilikinya maupun yang ada pada lingkungannya guna meingkatkan taraf hidupnya Pengertian Belajar menurut Gredler (dalam Udin Winataputra, dkk, 2007:5), yang menyatakan bahwa belajar adalah proses yang dilakukan oleh manusia untuk mendapatkan aneka ragam competencies, skills, and attitudes. Kemampuan (competencies), keterampilan (skills), dan sikap (attitudes) tersebut diperoleh secara bertahap dan berkelanjutan mulai dari masa bayi sampai masa tua melaui rangkaian proses belajar sepanjang hayat. Rangkaian proses belajar itu dilaukan dalam bentuk keterlibatannya dalam pendidikan formal dan/atau pendidikan nonformal. Kemampuan belajar inilah yang membedakan manusia dari makhluk lainnya. Menurut Winataputra, dkk (2007: 4), istilah belajar sudah dikenal luas diberbagai kalangan walaupun sering disalah artikan atau diartikan secara common sense atau pendapat umum saja. Misalnya seorang ibu meminta anaknya ”Kau belajar dulu sebelum tidur, nak”, maksudnya mungkin membaca buku dulu sebelum tidur. Atau seorang ayah menasihati anaknya yang baru terjatuh dari sepeda motor karena kelalaiannya, dengan mengatakan “Lain kali kamu harus belajar dari pengalaman”, yang maksudnya jangan mengalami kesalahan yang serupa pada masa mendatang. Dalam contoh ungkapan tersebut belajar diartikan sebagai proses mendapatkan pengetahuan dengan membaca dan menggunakan pengalaman sebagai pengetahuan yang memadu perilaku pada masa yang akan datang. Dengan kedua contoh tersebut, kita dapat menangkap makna konkret dan praktis dari belajar. Fontana (dalam Winataputra, dkk, 2007: 8), mengungkapkan bahwa: belajar sering diartikan sebagai penambahan, perluasan, dan pendalaman pengetahuan, nilai dan sikap, serta keterampilan. Jadi belajar dapat diartikan asuatu proses perubahan yang relatif tetap dalam perilaku individu sebagai hasil dari pengalaman. Menurut Piaget (dalam Dimyati dan Mudjiono, 2006: 13), berpendapat bahwa pengetahuan dibentuk oleh individu. Sebab individu melakukan interaksi terus menerus dengan lingkungan. Lingkungan tersebut mengalami perubahan. Dengan adanya interaksi dengan lingkungan maka fungsi intelek semakin berkembang. Perkembangan intelektual melalui tahap-tahap sebagai berikut. (1) sensorimotor (0;0-2;0 tahun), (2) pra-oprasional (2;0-7;0 tahun), (3) operasional konkret (7;0-11;0 tahun), dan (4) operasional formal (11;0-ke atas). Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa pada dasarnya belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku yang mengakibatkan bertambahnya pengetahuan, keterampilan, nilai dan sikap yang diperoleh dari interaksi individu dengan lingkungannya. Winataputra, dkk (2007: 118), mengungkapkan bahwa: pembelajaran merupakan kegiatan yang dilakukan untuk menginisiasi, mempasititasi, dan meningkatkan intesitas dan kualitas belajar pada diri peserta didik. Oleh karena pembelajaran merupakan upaya sistematis dan sistemik untuk menisiasi, memfasilitasi, dan meningkatkan proses belajar maka kegiatan pembelajaran berkaitan erat dengan jenis hakikat, dan jenis belajar serta hasil belajar tersebut. Pembelajaran harus menghasilkan belajar, tapi tidak semua proses belajar terjadi karena pembelajaran. Proses belajar terjadi juga dalam konteks interaksi sosial kultural dalam lingkungan masyarakat. Menurut Gagne, Briggs, dan Wager (dalam Winataputra, 2007: 19), Istilah pembelajaran merupakan istilah baru yang digunakan untuk menunjukan kegiatan guru dan siswa. Sebelumnya, kita menggunakan istilah “proses belajar-mengajar” dan “pengajaran”. Istilah pembelajaran merupakan terjemahan dari “intruction”. Menurut Rogers (dalam Dimyati dan Mudjiono, 2006:16), mengemukakan pentingnya guru memperhatikan prinsip pendidikan. Prinsip pendidikan dan pembelajaran tersebut sebagai berikut: 1) Menjadi manusia berarti memiliki kekuatan wajar untuk belajar. Siswa tidak harus belajar tentang hal-hal yang tidak ada artinya. 2) Siswa akan mempelajari tentang hal-hal yang bermakna dari dirinya. 3) Pengorganisasian bahan pengajaran berarti mengorganisasikan bahan dan ide baru, sebagai bagian dari bermakna bagi siswa. 4) Belajar yang bermakna dalam masyarakat modern berarti belajar tentang proses-proses belajar, keterbukaan belajar mengalami sesuatu, bekerja sama dengan melakukan pengubahan diri terus-menerus. 5) Belajar yang optimal akan terjadi, bila siswa berpartisipasi secara bertanggung jawab dalam proses belajar. 6) Belajar mengalami (experiential learning) dapat terjadi, bila siswa mengevaluasi dirinya sendiri. Belajar mengalami dapat memberi peluang untuk belajar kreatif, self avaluation dan kritik dir. Hal ini berarti bahwa evaluasi dari instruktur bersifat sekunder. 7) Belajar mengalami menuntut keterlibatan siswa secara penuh dan sungguh-sungguh. Beberapa pengertian pembelajaran menurut para ahli: 1) Menurut Trianto (2009: 17), pembelajaran merupakan aspek kegiatan manusia yang kompleks, yang tidak sepenuhnya dapat dijelaskan”. Pembelajaran secara simpel dapat diartikan sebagai produk interaksi berkelanjutan antara pengembangan dan pengalaman hidup. Pembelajaran dalam makna kompleks adalah usaha sadar dari seorang guru untuk membelajarkan siswanya (mengarahkan interaksi siswa dengan sumber belajar lainnya) dalam rangkai mencapai tujuan yang diharapkan. 2) Menurut Trianto (2009: 17), pembelajaran merupakan aspek kegiatan manusia yang kompleks, yang tidak sepenuhnya dapat dijelaskan. Pembelajaran secara simpel dapat diartikan sebagai produk interaksi berkelanjutan antara pengembangan dan pengalaman hidup. Makna yang lebih kompleks, pembelajaran hakikatnya adalah usaha sadar dari seorang guru untuk membelajarkan siswanya (mengarahkan interaksi siswa dengan sumber belajar lainnya) dalam rangka mencapai tujuan yang diharapkan. 3) Menurut Winkel (dalam Slameto, 2003: 10), mengatakan bahwa pembelajaran merupakan seperangkat tindakan yang dirancang untuk mendukung proses belajar peserta didik, dengan memperhitungkan kejadian-kejadian eksternal yang berperan terhadap rangkaian kejadian-kejadian internal yang berlangsung di dalam diri peserta didik. Lebih lanjut dijelaskan bahwa pengaturan peristiwa pembelajaran dilakukan secara saksama dengan maksud agar terjadi belajar yang berhasil guna. Pembelajaran perlu dirancang, ditetapkan tujuannya sebelum dilaksanakan, dan dikendalikan pelaksanaannya. Menurut Soemosasmito (dalam Trianto, 2009: 20), suatu pembelajaran dikatakan efektif apabila memenuhi persyaratan utama keefektifan pengajaran, yaitu: 1) Persentase waktu belajar siswa yang tinggi dicurahkan terhadap KBM; 2) Rata-rata perilaku melaksanakan tugas yang tinggi diantara siswa; 3) Ketetapan antara kandungan materi ajaran dengan kemampuan siswa (orientasi keberhasilan belajar) diutamakan; dan 4) Mengembangkan suasana belajar yang akrab dan positif, mengembangkan struktur kelas yang mendukung butir (2), tanpa mengabaikan butir (4). Pada makna ini jelas terlihat bahwa pembelajaran merupakan interaksi dua arah dari seorang guru dan peserta didik, di mana antara keduanya terjadi komunikasi (transfer) yang intens dan terarah menuju pada suatu target yang telah ditetapkan sebelumnya. 2. Hakikat Pembelajaran Hakikat diartikan sebagai kebenaran dan kenyataan yang sebenarnya. Dalam pembelajaran, kenyataan yang benar meliputi hal-hal berikut. Menurut Trianto (2009: 40), Hakikat pembelajaran di antaranya: a. Pembelajaran terjadi apabila subjek didik secara aktif berinteraksi dengan pendidik dan lingkungan belajar yang diatur oleh pendidik. b. Proses pembelajaran yang efektif memerlukan strategi, metode dan media pembelajaran yang tepat. c. Program pembelajaran dirancang secara matang dan dilaksanakan sesuai dengan rancangan yang dibuat. d. Pembelajaran harus memperhatikan aspek proses dan hasil belajar e. Materi pembelajaran dan sistem penyampaiyannya selalu berkembang. Dari pengertian di atas dapat disimpulkan pembelajaran dalam dunia pendidikan dewasa ini terus berkembang seiring dengan tuntutan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Pemahaman istilah “pembelajaran” tidak terbatas pada kegiatan guru mengajar atau membelajarkan siswa di kelas, tetapi telah digunakan untuk kegiatan pembelajaran yang spesifik, misalnya pembelajaran berbasis kompetensi, pembelajaran kontestual, pembelajaran terpadu, pembelajaran tematik, pembelajaran konvensional, pembelajaran kooperatif, dan sebagainya. B. Pembelajaran Tematik Menurut Prabowo (2002: 2), pembelajaran terpadu adalah suatu proses pembelajaran dengan melibatkan atau mengkaitkan berbagai bidang studi. Pembelajaran terpadu juga merupakan pendekatan belajar pengajar yang melibatkan beberapa bidang studi. Pembelajaran terpadu, merupakan pendekatan belajar mengajar yang memperhatikan dan menyesuaikan dengan tingkat perkembangan anak didik. 1. Prinsip Dasar Pembelajaran Tematik a. Prinsip Penggalian Tema Tema hendaknya tidak terlalau luas, namun dengan mudah digunakan untuk memadukan banyak mata pelajaran. Tema harus bermakna, maksudnya adalah tema yang dipilih untuk dikaji harus memberikan bekal bagi siswa-siswi untuk belajar selanjutnya. Tema harus disesuaikan dengan tingkat perkembangan psikologis anak. Tema harus mewadahi sebagian besar minat anak. Tema hendaknya berkaitan dengan peristiwa-peristiwa otentik yang terjadi di dalam rentang waktu belajar. Tema hendaknya sesuai dengan kurikulum yang berlaku serta harapan masyarakat (asas relevansi). Tema hendaknya sesuai dengan ketersediaan dengan sumber belajar. b. Prinsip Pengelolaan Pembelajaran Guru tidak menjadi single actor yang mendominasi pembicaraan dalam proses pembelajaran; pemberian tanggungjawab individu dan kelompok harus jelas dalam setiap tugas yang menuntut adanya kerjasama kelompok dan guru harus mengakomodasi terhadap ide-ide yang terkadang sama sekali tidak terpekirkan dalam perencanaan. c. Prinsip Evaluasi Memberikan kesempatan kepada siswa-siswi untuk mengevaluasi diri sendiri (self evaluation) di samping bentuk evalauasi lain; guru perlu mengajak para siswa untuk mengevaluasi perolehan belajar yang telah dicapai berdasarkan keriteria keberhasilan pencapaian tujuan. d. Prinsip Reaksi Guru harus bereaksi terhadap aksi siswa-siswi dalam semua peristiwa serta tidak mengarahkan aspek yang sempit melainkan ke suatu kesatuan yang utuh dan bermakna. Pembelajaran tematik memungkinkan hal ini dan guru hendaknya menemukan kiat-kiat untuk memunculkan ke permukaan hal-hal yang dicapai sebagai dampak pengiring. 2. Karakteristik Pembelajaran Tematik Sebagai suatu model pembelajaran di sekolah dasar, pembelajaran tematik memiliki karakteristik-karakteristik sebagai berikut: a. Berpusat pada Siswa Pembelajaran tematik berpusat pada siswa (student centered), hal ini sesuai dengan pendekatan belajar modern yang lebih banyak menempatkan siswa sebagai subjek belajar sedangkan guru lebih banyak berperan sebagai fasilitator yaitu memberikan kemudahan-kemudahan kepada siswa untuk melakukan aktivitas belajar. b. Memberikan Pengalaman Langsung Pembelajaran tematik dapat memberikan pengalaman langsung kepada siswa (direct experiences). Dengan pengalaman langsung ini, siswa dihadapkan pada sesuatu yang nyata (konkrit) sebagai dasar untuk memahami hal-hal yang lebih abstrak. c. Pemisahan Pata Pelajaran Tidak Begitu Jelas Dalam pembelajaran tematik pemisahan antar mata pelajaran menjadi tidak begitu jelas. Fokus pembelajaran diarahkan kepada pembahasan tema-tema yang paling dekat berkaitan dengan kehidupan siswa. d. Menyajikan Konsep dari Berbagai Mata Pelajaran Pembelajaran tematik menyajikan konsep-konsep dari berbagai mata pelajaran dalam suatu proses pembelajaran. Dengan demikian, Siswa mampu memahami konsep-konsep tersebut secara utuh. Hal ini diperlukan untuk membantu siswa dalam memecahkan masalah-masalah yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari. e. Bersifat Fleksibel Pembelajaran tematik bersifat luwes (fleksibel) di mana guru dapat mengaitkan bahan ajar dari satu mata pelajaran dengan mata pelajaran yang lainnya, bahkan mengaitkannya dengan kehidupan siswa dan keadaan lingkungan di mana sekolah dan siswa berada. f. Hasil Pembelajaran Sesuai dengan Minat dan Kebutuhan Siswa Siswa diberi kesempatan untuk mengoptimalkan potensi yang dimilikinya sesuai dengan minat dan kebutuhannya. 3. Kelebihan dan Kekurangan Pembelajaran Tematik Menurut Hermawan (2009: 8), terdapat beberapa kelebihan dan kekurangan dalam pembelajaran terpadu, antara lain: a. Kelebihan 1) Pengalaman dan kegiatan belajar akan selalu relevan dengan perkembangan siswa. 2) Kegiatan-kegiatan yang dipilih dalam pelaksanaan pembelajaran sesuai dengan minat dan kebutuhan anak. 3) Seluruh kegiatan belajar lebih bermakna bagi siswa sehingga belajar akan bertahan lebih lama. 4) Pembelajaran terpadu dapat menumbuhkembangkan keterampilan berfikir siswa. 5) Menyajikan kegiatan yang bersifat pragmatis sesuai dengan permasalahan yang sering ditemui siswa dalam lingkungannya. b. Kelemahan 1) Kompetensi dasar yang harus dicapai siswa dalam kurikulum sekolah dasar tahun 2004 masih terpisah-pisah kedalam berbagai mata pelajaran yang ada. 2) Dalam pelaksanaan pembelajaran terpadu dibutuhkan sarana dan prasarana belajar yang memadai untuk mencapai kompetensi dasar secara optimal. 3) Belum semua guru sekolah dasar memahami konsep pembelajaran terpadu secara utuh. Kendala utama dalam pelaksanaannya yaitu sifat konservatif guru. Umumnya guru merasa senang dengan proses pembelajaran konvensional yang sudah biasa. 4) Menyajikan kegiatan yang bersifat nyata sesuai dengan persoalan yang dihadapi dalam lingkungan peserta didik. C. Kerja Sama Kerja sama adalah suatu usaha antara orang perorangan atau kelompok manusia di antara kedua belah pihak untuk tujuan bersama sehingga mendapatkan hasil yang lebih cepat dan lebih baik. Kerja sama dimaksudkan sebagai suatu usaha bersama antara orang perorangan atau kelompok manusia untuk mencapai satu atau tujuan bersama. Zainudin (2006: 15), memandang kerja sama sebagai kepedulian satu orang atau satu pihak dengan orang atau pihak lain yang tercermin dalam suatu kegiatan yang menguntungkan semua pihak dengan prinsip saling percaya, menghargai, dan adanya norma yang mengatur. Makna kerja sama dalam hal ini adalah kerjasama dalam konteksorganisasi, yaitu kerja antar anggota organisasi untuk mencapai tujuan organisasi (seluruh anggota). D. Hasil Belajar 1. Defenisi Belajar Menurut Baharudin dan Wahyuni (2007: 11), belajar merupakan proses manusia untuk mencapai berbagai macam kompetensi, keterampilan, dan sikap. Belajar dimulai sejak akhir sampai akhir hayat. Sedangkan Salmeto (2003: 2), mengemukakan belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Selanjutnya Bruner (Nasution, 2008: 9), menyatakan bahwa dalam proses belajar dibedakan menjadi tiga fase, yakni informasi, transformasi, dan evaluasi. Bedasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu kegiatan yang di dalamnya terdapat proses perubahan tingkah laku yang relatif mantap karena adanya latihan dan perolehan pengalaman yang diarahkan pada tujuan mengubah tingkah laku dalam berpikir, bersikap, dan berbuat pada individu. 2. Hasil Belajar Hasil belajar tampak sebagai terjadinya perubahan tingkah laku pada diri siswa, yang dapat diamati dan diukur dalam perubahan pengetahuan sikap dan keterampilan. Perubahan dapat diartikan terjadinya peningkatan dan pengembangan yang lebih baik dibandingkan dengan sebelumnya, misalnya dari tidak tahu menjadi tahu, sikap tidak sopan menjadi sopan dan sebagainya (Hamalik, 1994: 155). E. Model Pembelajaran Discovery Learning 1. Pengertian Model Pembelajaran Discovery Learning Roestiyah (2001: 20), mengatakan model pembelajaran discovery learing adalah cara untuk menyampaikan ide atau gagasan lewat penemuan”. Model pembelajaran Discovery Learning adalah teori belajar yang didefinisikan sebagai proses pembelajaran yang terjadi bila pelajar tidak disajikan dengan pelajaran dalam bentuk finalnya, tetapi diharapkan mengorganisasi sendiri. Sebagaimana pendapat Bruner, bahwa: “Discovery Learning can be defined as the learning that takes place when the student is not presented with subject matter in the final form, but rather is required to organize it him self” (Lefancois dalam Ametembun, 1986: 103). Dasar ide Bruner ialah pendapat dari Piaget yang menyatakan bahwa anak harus berperan aktif dalam belajar di kelas. Bruner memakai metode yang disebutnya Discovery Learning, di mana murid mengorganisasi bahan yang dipelajari dengan suatu bentuk akhir (Dalyono, 1996: 41). Metode Discovery Learning adalah memahami konsep, arti, dan hubungan, melalui proses intuitif untuk akhirnya sampai kepada suatu kesimpulan (Budiningsih, 2005: 43). Discovery terjadi bila individu terlibat, terutama dalam penggunaan proses mentalnya untuk menemukan beberapa konsep dan prinsip. Discovery dilakukan melalui observasi, klasifikasi, pengukuran, prediksi, penentuan dan inferi. Proses tersebut disebut cognitive process sedangkan discovery itu sendiri adalah the mental process of assimilatig conceps and principles in the mind (Robert B. Sund dalam Hamalik, 2001: 219). Sebagai strategi belajar, Discovery Learning mempunyai prinsip yang sama dengan inkuiri (inquiry) dan Problem Solving. Tidak ada perbedaan yang prinsipil pada ketiga istilah ini, pada Discovery Learning lebih menekankan pada ditemukannya konsep atau prinsip yang sebelumnya tidak diketahui. Perbedaannya dengan discovery ialah bahwa pada discovery masalah yang diperhadapkan kepada siswa semacam masalah yang direkayasa oleh guru, sedangkan pada inkuiri masalahnya bukan hasil rekayasa, sehingga siswa harus mengerahkan seluruh pikiran dan keterampilannya untuk mendapatkan temuan-temuan di dalam masalah itu melalui proses penelitian. Problem Solving lebih memberi tekanan pada kemampuan menyelesaikan masalah. Akan tetapi prinsip belajar yang nampak jelas dalam Discovery Learning adalah materi atau bahan pelajaran yang akan disampaikan tidak disampaikan dalam bentuk final akan tetapi siswa sebagai peserta didik didorong untuk mengidentifikasi apa yang ingin diketahui dilanjutkan dengan mencari informasi sendiri kemudian mengorgansasi atau membentuk (konstruktif) apa yang mereka ketahui dan mereka pahami dalam suatu bentuk akhir. Mengaplikasikan metode Discovery Learning secara berulang-ulang dapat meningkatkan kemampuan penemuan diri individu yang bersangkutan. Penggunaan metode Discovery Learning, ingin merubah kondisi belajar yang pasif menjadi aktif dan kreatif. Mengubah pembelajaran yang teacher oriented ke student oriented. Mengubah modus Ekspositori siswa hanya menerima informasi secara keseluruhan dari guru kemodus Discovery siswa menemukan informasi sendiri. Menurut Syamsudini (2012), penerapan pendekatan Discovery Learning dalam pembelajaran memiliki kelebihan-kelebihan yaitu: a) Membantu siswa untuk memperbaiki dan meningkatkan keterampilan-keterampilan dan proses-proses kognitif. Usaha penemuan merupakan kunci dalam proses ini, seseorang tergantung bagaimana cara belajarnya. b) Pengetahuan yang diperoleh melalui metode ini sangat pribadi dan ampuh karena menguatkan pengertian, ingatan dan transfer. c) Menimbulkan rasa senang pada siswa, karena tumbuhnya rasa menyelidiki dan berhasil. d) Metode ini memungkinkan siswa berkembang dengan cepat dan sesuai dengan kecepatannya sendiri. e) Menyebabkan siswa mengarahkan kegiatan belajarnya sendiri dengan melibatkan akalnya dan motivasi sendiri. f) Metode ini dapat membantu siswa memperkuat konsep dirinya, karena memperoleh kepercayaan bekerja sama dengan yang lainnya. g) Berpusat pada siswa dan guru berperan sama-sama aktif mengeluarkan gagasan-gagasan. Bahkan gurupun dapat bertindak sebagai siswa, dan sebagai peneliti di dalam situasi diskusi. h) Membantu siswa menghilangkan skeptisme (keragu-raguan) karena mengarah padakebenaran yang final dan tertentu atau pasti. i) Siswa akan mengerti konsep dasar dan ide-ide lebih baik. j) Membantu dan mengembangkan ingatan dan transfer kepada situasi proses belajar yang baru. k) Mendorong siswa berpikir dan bekerja atas inisiatif sendiri. l) Mendorong siswa berpikir intuisi dan merumuskan hipotesis sendiri. m) Memberikan keputusan yang bersifat intrinsik. n) Situasi proses belajar menjadi lebih terangsang. o) Proses belajar meliputi sesama aspeknya siswa menuju pada pembentukan manusia seutuhnya. p) Meningkatkan tingkat penghargaan pada siswa. q) Kemungkinan siswa belajar dengan memanfaatkan berbagai jenis sumber belajar. r) Dapat mengembangkan bakat dan kecakapan individu. F. Langkah-langkah Operasional Implementasi Model Pembelajaran Discovery Learning Menurut Syamsudini (2012), langkah-langkah persiapan model pembelajaran discovery learning sebagai berikut. 1. Langkah Persiapan Model Discovery Learning a. Menentukan tujuan pembelajaran. b. Melakukan identifikasi karakteristik siswa (kemampuan awal, minat, gaya belajar, dan sebagainya). c. Memilih materi pelajaran. d. Menentukan topik-topik yang harus dipelajari siswa secara induktif (dari contoh-contoh generalisasi). e. Mengembangkan bahan-bahan belajar yang berupa contoh-contoh, ilustrasi, tugas dan sebagainya untuk dipelajari siswa. f. Mengatur topik-topik pelajaran dari yang sederhana ke kompleks, dari yang konkret ke abstrak, atau dari tahap enaktif, ikonik sampai ke simbolik. g. Melakukan penilaian proses dan hasil belajar siswa. 2. Prosedur Aplikasi Model Discovery Learning Menurut Syah (2009: 244), dalam mengaplikasikan metode Discovery Learning di kelas,ada beberapa prosedur yang harus dilaksanakan dalam kegiatan belajar mengajar secara umum sebagai berikut: a. Stimulation (Stimulasi/Pemberian Rangsangan) Pertama-tama pada tahap ini pelajar dihadapkan pada sesuatu yang menimbulkan kebingungannya, kemudian dilanjutkan untuk tidak memberi generalisasi, agar timbul keinginan untuk menyelidiki sendiri. Disamping itu guru dapat memulai kegiatan PBM dengan mengajukan pertanyaan, anjuran membaca buku, dan aktivitas belajar lainnya yang mengarah pada persiapan pemecahan masalah. Stimulasi pada tahap ini berfungsi untuk menyediakan kondisi interaksi belajar yang dapat mengembangkan dan membantu siswa dalam mengeksplorasi bahan. Dalam hal ini Bruner memberikan stimulation dengan menggunakan teknik bertanya yaitu dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang dapat menghadapkan siswa pada kondisi internal yang mendorong eksplorasi. Dengan demikian seorang Guru harus menguasai teknik-teknik dalam memberi stimulus kepada siswa agar tujuan mengaktifkan siswa untuk mengeksplorasi dapat tercapai. b. Problem Statement (Pernyataan/ Identifikasi Masalah) Setelah dilakukan stimulasi langkah selanjutya adalah guru memberi kesempatan kepada siswa untuk mengidentifikasi sebanyak mungkin agenda-agenda masalah yang relevan dengan bahan pelajaran, kemudian salah satunya dipilih dan dirumuskan dalam bentuk hipotesis (jawaban sementara atas pertanyaan masalah) (Syah 2009: 244), sedangkan menurut permasalahan yang dipilih itu selanjutnya harus dirumuskan dalam bentuk pertanyaan, atau hipotesis, yakni pernyataan (statement) sebagai jawaban sementara atas pertanyaan yang diajukan. Memberikan kesempatan siswa untuk mengidentifikasi dan menganalisis permasasalahan yang mereka hadapi, merupakan teknik yang berguna dalam membangun siswa agar mereka terbiasa untuk menemukan suatu masalah. c. Data Collection (Pengumpulan Data) Ketika eksplorasi berlangsung guru juga memberi kesempatan kepada para siswa untuk mengumpulkan informasi sebanyak-banyaknya yang relevan untuk membuktikan benar atau tidaknya hipotesis Syah (2009: 244). Pada tahap ini berfungsi untuk menjawab pertanyaan atau membuktikan benar tidaknya hipotesis. Dengan demikian anak didik diberi kesempatan untuk mengumpulkan (collection) berbagai informasi yang relevan, membaca literatur, mengamati objek, wawancara dengan nara sumber, melakukan uji coba sendiri dan sebagainya. Konsekuensi dari tahap ini adalah siswa belajar secara aktif untuk menemukan sesuatu yang berhubungan dengan permasalahan yang dihadapi, dengan demikian secara tidak disengaja siswa menghubungkan masalah dengan pengetahuan yang telah dimiliki. d. Data Processing (Pengolahan Data) Menurut Syah (2009: 245), pengolahan data merupakan kegiatan mengolah data dan informasi yang telah diperoleh para siswa baik melalui wawancara, observasi, dan sebagainya, lalu ditafsirkan. Semua informai hasil bacaan, wawancara, observasi, dan sebagainya, semuanya diolah, diacak, diklasifikasikan, ditabulasi, bahkan bila perlu dihitung dengan cara tertentu serta ditafsirkan pada tingkat kepercayaan tertentu . Data processing disebut juga dengan pengkodean coding/ kategorisasi yang berfungsi sebagai pembentukan konsep dan generalisasi. Dari generalisasi tersebut siswa akan mendapatkan pengetahuan baru tentang alternatif jawaban/ penyelesaian yang perlu mendapat pembuktian secara logis. e. Verification (Pembuktian) Pada tahap ini siswa melakukan pemeriksaan secara cermat untuk membuktikan benar atau tidaknya hipotesis yang ditetapkan tadi dengan temuan alternatif, dihubungkan dengan hasil data processing (Syah, 2009: 246). Verification menurut Bruner, bertujuan agar proses belajar akan berjalan dengan baik dan kreatif jika guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan suatu konsep, teori, aturan atau pemahaman melalui contoh-contoh yang ia jumpai dalam kehidupannya. Berdasarkan hasil pengolahan dan tafsiran, atau informasi yang ada, pernyataan atau hipotesis yang telah dirumuskan terdahulu itu kemudian dicek, apakah terjawab atau tidak, apakah terbukti atau tidak. f. Generalization (Menarik Kesimpulan/Generalisasi) Tahap generalisasi/ menarik kesimpulan adalah proses menarik sebuah kesimpulan yang dapat dijadikan prinsip umum dan berlaku untuk semua kejadian atau masalah yang sama, dengan memperhatikan hasil verifikasi (Syah, 2004: 247). Berdasarkan hasil verifikasi maka dirumuskan prinsip-prinsip yang mendasari generalisasi. Setelah menarik kesimpulan siswa harus memperhatikan proses generalisasi yang menekankan pentingnya penguasaan pelajaran atas makna dan kaidah atau prinsip-prinsip yang luas yang mendasari pengalaman seseorang, serta pentingnya proses pengaturan dan generalisasi dari pengalaman-pengalaman itu. 3. Sistem Penilaian Menurut Menurut Syamsudini (2012: 80), dalam Model Pembelajaran Discovery Learning, penilaian dapat dilakukan dengan menggunakan tes maupun nontes, sedangkan penilaian yang digunakan dapat berupa penilaian kognitif, proses, sikap, atau penilaian hasil kerja siswa. Jika bentuk penialainnya berupa penilaian kognitif, maka dalam model pembelajaran discovery learning dapat menggunakan tes tertulis. Jika bentuk penilaiannya menggunakan penilaian proses, sikap, atau penilaian hasil kerja siswa, maka pelaksanaan penilaian dapat menggunakan contoh-contoh format penilaian seperti tersebut di bawah ini. a. Penilaian Tertulis Penilaian tertulis merupakan tes di mana soal dan jawaban yang diberikan kepada peserta didik dalam bentuk tulisan. Dalam menjawab soal peserta didik tidak selalu merespon dalam bentuk menulis jawaban tetapi dapat juga dalam bentuk yang lain seperti memberi tanda, mewarnai, menggambar dan lain sebagainya. b. Penilaian Diri Penilaian diri (self assessment) adalah suatu teknik penilaian, subyek yang ingin dinilai diminta untuk menilai dirinya sendiri berkaitan dengan, status, proses dan tingkat pencapaian kompetensi yang dipelajarinya dalam mata pelajaran tertentu. Teknik penilaian diri dapat digunakan dalam berbagai aspek penilaian, yang berkaitan dengan kompetensi kognitif, afektif dan psikomotor. Dalam proses pembelajaran di kelas, berkaitan dengan kompetensi kognitif, misalnya: peserta didik dapat diminta untuk menilai penguasaan pengetahuan dan keterampilan berpikir sebagai hasil belajar dalam mata pelajaran tertentu, berdasarkan kriteria atau acuan yang telah disiapkan. Berkaitan dengan kompetensi afektif, misalnya, peserta didik dapat diminta untuk membuat tulisan yang memuat curahan perasaannya terhadap suatu objek sikap tertentu. Selanjutnya, peserta didik diminta untuk melakukan penilaian berdasarkan kriteria atau acuan yang telah disiapkan. Berkaitan dengan kompetensi psikomotorik, peserta didik dapat diminta untuk menilai kecakapan atau keterampilan yang telah dikuasainya sebagai hasil belajar berdasarkan kriteria atau acuan yang telah disiapkan. Penggunaan teknik ini dapat memberi dampak positif terhadap perkembangan kepribadian seseorang. Keuntungan penggunaan teknik ini dalam penilaian di kelas sebagai berikut: 1) Dapat menumbuhkan rasa percaya diri peserta didik, karena mereka diberi kepercayaan untuk menilai dirinya sendiri. 2) Peserta didik menyadari kekuatan dan kelemahan dirinya, karena ketika mereka melakukan penilaian, harus melakukan introspeksi terhadap kekuatan dan kelemahan yang dimilikinya. 3) Dapat mendorong, membiasakan, dan melatih peserta didik untuk berbuat jujur, karena mereka dituntut untuk jujur dan objektif dalam melakukan penilaian. G. Pemetaan Pembelajaran Tema Indahnya Kebersamaan Subtema Kebersamaan dalam Keberagaman Pembelajaran 1, 2, dan 3 Materi yang akan dipelajari pada penelitian ini adalah. 1. Penelitian Dilaksanakan Pada Tema 1, Subtema 2, dan Pembelajaran 1, 2, dan 3. a. Tema 1 yaitu indahnya kebersamaan. b. Subtema 2 yaitu kebersamaan dalam keberagaman. c. Pembelajaran yang diambil yaitu pembelajaran 1, 2, dan 3. Pemetaan Kompetensi Dasar KI 1 dan KI 2. Matematika 2.1 Menunjukkan perilaku patuh, tertib dan mengikuti prosedur dalam melakukan operasi hitung campuran. 2.2 Menunjukkan perilaku cermat dan teliti dalam melakukan tabulasi pengukuran panjang daun-daun atau benda-benda lain menggunakan pembulatan (dinyatakan dalam cm terdekat). PPKn 1.2 Menghargai kebersamaan dalam keberagaman sebagai anugerah Tuhan Yang Maha Esa di lingkungan rumah, sekolah dan masyarakat sekitar. 2.4 Menunjukkan perilaku bersatu sebagai wujud keyakinan bahwa tempat tinggal dan lingkungannya sebagai bagian dari wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). IPA 1.1 Bertambah keimanannya dengan menyadari hubungan keteraturan dan kompleksitas alam dan jagad raya terhadap kebesaran Tuhan yang menciptakannya, serta mewujudkannya dalam pengamalan ajaran agama yang dianutnya. 2.1 Menunjukkan perilaku ilmiah (memiliki rasa ingin tahu; obyektif, jujur, teliti, cermat, tekun, hati-hati, bertanggung jawab, terbuka, dan peduli lingkungan) dalam aktivitas seharihari sebagai wujud implementasi sikap dalam melakukan inkuiri ilmiah dan berdiskusi. Subtema 2 Kebersamaan dalam Keberagaman IPS 1.3 Menerima karunia Tuhan YME yang telah menciptakan manusia dan lingkungannya. 2.3 Menunjukkan perilaku santun, toleran dan peduli dalam melakukan interaksi sosial dengan lingkungan dan teman sebaya. Bahasa Indonesia 1.1 Meresapi makna anugerah Tuhan Yang Maha Esa berupa bahasa Indonesia yang diakui sebagai bahasa persatuan yang kokoh dan sarana belajar untuk memperoleh ilmu pengetahuan. 2.2 Memiliki kedisiplinan dan tanggung jawab terhadap penggunaan alat teknologi modern dan tradisional, proses pembuatannya melalui pemanfaatan bahasa Indonesia. 2.3 Memiliki perilaku santun dan jujur tentang jenis-jenis usaha dan kegiatan ekonomi melalui pemanfaatan bahasa Indonesia. 2.5 Memiliki perilaku jujur dan santun terhadap nilai peninggalan sejarah dan perkembangan Hindu-Budha di Indonesia melalui pemanfaatan bahasa Indonesia. PJOK 1.1 Menghargai tubuh dengan seluruh perangkat gerak dan kemampuannya sebagai anugerah Tuhan. 2.4 Menunjukkan kemauan bekerja sama dalam melakukan berbagai aktivitas fisik dalam bentuk permainan. Pemetaan Kompetensi Dasar KI 3 dan KI 4. Matematika 3.3 Memahami aturan pembulatan dalam membaca hasil pengukuran dengan alat ukur. 3.11 Menemukan bangun segi banyak beraturan maupun tak beraturan yang membentuk pola pengubinan melalui pengamatan. 4.4 Melakukan pengubinan menggunakan segi banyak beraturan tertentu. 4.16 Menyajikan hasil pengukuran panjang atau berat berdasarkan pembulatan yang disajikan. PPKn 3.4 Memahami arti bersatu dalam keberagaman di rumah, sekolah dan masyarakat. 4.3 Bekerja sama dengan teman dalam keberagaman di lingkungan rumah, sekolah, dan masyarakat. IPA 3.5 Memahami sifat-sifat bunyi melalui pengamatan dan keterkaitannya. dengan indra pendengaran 4.4 Menyajikan hasil percobaan atau observasi tentang bunyi. Bahasa Indonesia 3.2 Menguraikan teks instruksi tentang pemeliharaan pancaindera serta penggunaan alat teknologi modern dan tradisional dengan bantuan guru dan teman dalam bahasa Indonesia lisan dan tulis dengan memilih dan memilah kosakata baku. 3.3 Menggali informasi dari teks wawancara tentang jenis-jenis usaha dan pekerjaan serta kegiatan ekonomi dan koperasi dengan bantuan guru dan teman dalam bahasa Indonesia lisan dan tulis dengan memilih dan memilah kosakata baku. 3.5 Menggali informasi dari teks ulasan buku tentang nilai peninggalan sejarah dan perkembangan Hindu- Budha di Indonesia dengan bantuan guru dan teman dalam bahasa Indonesia lisan dan tulis dengan memilih dan memilah kosakata baku. 4.2 Menerangkan dan mempraktikkan teks arahan/petunjuk tentang pemeliharaan pancaindera serta penggunaan alat teknologi modern dan tradisional secara mandiri dalam bahasa Indonesia lisan dan tulis dengan memilih dan memilah kosakata baku. 4.3 Mengolah dan menyajikan teks wawancara tentang jenis-jenis usaha dan pekerjaan serta kegiatan ekonomi dan koperasi secara mandiri dalam bahasa Indonesia lisan dan tulis dengan memilih. Subtema 2 Kebersamaan dalam Keberagaman IPS 3.5 Memahami manusia dalam dinamika interaksi dengan lingkungan alam, sosial, budaya, dan ekonomi. 4.5 Menceritakan manusia dalam dinamika interaksi dengan lingkungan alam, sosial, budaya, dan ekonomi. SBdP 3.4 Mengetahui berbagai alur cara dan pengolahan media karya kreatif. 4.3 Menggambar model benda kesukaan berdasarkan Subtema 2 pengamatan langsung. PJOK 3.9 Memahami pengaruh aktivitas fisik dan istirahat yang cukup terhadap pertumbuhan dan perkembangan tubuh. 4.3 Mempraktikkan kombinasi pola gerakdasar lokomotor untuk membentuk gerakan dasar atletik jalan cepat dan lariyang dilandasi konsep gerak melalui permainan dan atau olahraga tradisional. 4.6 Mempraktikkan gerak dasar langkah dan ayunan lengan bertema budaya daerah mengikuti irama (ketukan) tanpa/dengan musik dalam aktivitas gerak ritmik. Ruang Lingkup Pembelajaran. Kegiatan Pembelajaran Kompetensi Yang Dikembangkan 1. Mendiskusikan sikap saling menghargai dalam perbedaan. 2. Bereksplorasi dengan bentuk geometri. 3. Menerapkan permainan tradisional. Sikap: 1. Menghargai, teliti Pengetahuan. 2. Konsep pengubinan, cerita pengalaman. Keterampilan: 1. Menganalisis, bekerja sama, komunikasi. 1. Wawancara. 2. Menulis laporan. Sikap: 1. Percaya diri, rasa ingin tahu. Pengetahuan: 1. Penggunaan kata tanya apa, di mana, siapa, mengapa, dan bagaimana (ADIK SIMBA). Keterampilan: 1. Melakukan wawancara. 1. Melakukan percobaan. 2. Merancang peta pikiran. 3. Merancang pengubinan. Sikap: 1. Peduli, kreatif. Pengetahuan: 1. Indra pendengar, pengubinan. Keterampilan: 1. Eksperimen, merancang. 1. Bermain peran. 2. Memahami teks. Sikap: 1. Percaya diri, kerja sama. Pengetahuan: 1. Situs sejarah, persatuan dan kesatuan. Keterampilan: 1. Melakukan koneksi/menghubungkan. 1. Memecahkan masalah. 2. Berlatih keterampilan dasar senam irama. Sikap: 1. Disiplin, jujur. Pengetahuan: 1. Pembulatan. Keterampilan: 1. Memecahkan masalah Senam Irama. 1. Mengulang materi tentang keanekaragaman budaya melalui permainan teka-teki silang. 2. Memecahkan masalah tentang penaksiran harga. Sikap: 1. Teliti, reflektif. Pengetahuan: 1. Keanekaragaman budaya dan pembulatan. Keterampilan: 1. Memecahkan masalah penaksiran harga. Pemetaan Indikator Pembelajaran 1. Matematika Kompetensi Dasar: 3.11 Menemukan bangun segi banyak beraturan maupun tak beraturan yang membentuk pola pengubinan melalui pengamatan. 4.4 Melakukan pengubinan menggunakan segi banyak beraturan tertentu. Indikator: 3.11.1 Menemukan perbedaan antar bangun segi banyak berdasarkan ciri-cirinya. 3.11.2 Membedakan rangkaian bangun yang merupakan pengubinan dan bukan pengubinan. 4.4.1 Merancang pengubinan menggunakan bangun segi banyak. PPKn Kompetensi Dasar: 3.4 Memahami arti bersatu dalam keberagaman di rumah, sekolah dan masyarakat. 4.3 Bekerja sama dengan teman dalam keberagaman di lingkungan rumah, sekolah, dan masyarakat.. Indikator: 3.4.1 Menjelaskan makna bersatu dalam Keberagaman. 3.4.2 Menceritakan pengalaman bermain dengan teman yang berbeda-beda. 4.3.1 Menceritakan pengalaman bekerjasama dengan teman di sekolah. Kebersamaan dalam Keberagaman PJOK Kompetensi Dasar: 3.9 Memahami pengaruh aktivitas fisik dan istirahat yang cukup terhadap pertumbuhan dan perkembangan tubuh. 4.3 Mempraktikkan kombinasi pola gerak dasar lokomotor untuk membentuk gerakan dasar atletik jalan cepat dan lari yang dilandasi konsep gerak melalui permainan dan atau olahraga tradisional. Indikator: 3.9.1 Menjelaskan pengaruh aktivitas fisik dan istirahat yang cukup terhadap pertumbuhan dan perkembangan tubuh.. 3.9.2 Menyebutkan contoh aktivitas fisik untuk pertumbuhan dan perkembangan tubuh.. 4.3.1 Mempraktikkan permainan tradisional engklek. Pemetaan Indikator Pembelajaran 2. Bahasa Indonesia Kompetensi Dasar: 3.2 Menggali informasi dari teks wawancara tentang jenis-jenis usaha dan pekerjaan serta kegiatan ekonomi dan koperasi dengan bantuan guru dan teman dalam bahasa Indonesia lisan dan tulis dengan memilih dan memilah kosakata baku. 4.3 Mengolah dan menyajikan teks wawancara tentang jenis-jenis usaha dan pekerjaan serta kegiatan ekonomi dan koperasi secara mandiri dalam bahasa Indonesia lisan dan tulis dengan memilih. Indikator: 3.2.1 Menggali informasi berdasarkan teks wawancara dengan diskusi. 3.2.2 Melakukan wawancara kepada masyarakat sekitar dengan menggunakan daftar pertanyaan. 4.3.1 Menuliskan laporan tentang hasil wawancara berdasarkan data yang telah dikumpulkan. IPS Kompetensi Dasar: 3.5 Memahami manusia dalam dinamika interaksi dengan lingkungan alam, sosial, budaya, dan ekonomi. 4.5 Menceritakan manusia dalam dinamika interaksi dengan lingkungan. Indikator: 3.5.1 Menjelaskan jenis-jenis pekerjaan yang ada dimasyarakat sekitar. 3.5.2 Menyebutkan jenis-jenis pekerjaan yang ada dimasyarakat sekitar. 4.5.1 Menceritakan tentang berbagai jenis pekerjaan dan kegiatan ekonomi yang berkaitan dengan hasil karya seni (cenderamata) masyarakat sekitar. Kebersamaan dalam Keberagaman Pemetaan Indikator Pembelajaran 3. IPA Kompetensi Dasar: 3.5 Memahami sifat-sifat bunyi melalui pengamatan dan keterkaitannya dengan indra pendengaran. 4.4 Menyajikan hasil percobaan atau observasi tentang bunyi. Indikator: 3.5.1 Menjelaskan sifat-sifat bunyi melalui pengamatan dan keterkaitan dengan indra pendengaran. 4.4.1 Menulis laporan berdasarkan Hasil percobaan dengan melengkapi tabel 4.4.2 Membuat peta pikiran tentang indra Pendengar. Matematika Kompetensi Dasar: 3.11 Menemukan bangun segi banyak beraturan maupun tak beraturan yang membentuk pola pengubinan melalui pengamatan. 4.4 Melakukan pengubinan menggunakan segi banyak beraturan tertentu. Indikator: 3.11.1 Memahami bangun segi banyak beraturan maupun tak beraturan yang membentuk pola pengubinan melalui pengamatan. 3.11.2 Menjelaskan bangun segi banyak beraturan maupun tak beraturan yang membentuk pola pengubinan melalui pengamatan. 4.4.1 Merancang pengubinan. Kebersamaan dalam Keberagaman SBdP Kompetensi Dasar: 3.4 Mengetahui berbagai alur cara dan pengolahan media karya kreatif. 4.3 Menggambar model benda kesukaan berdasarkan pengamatan langsung. Indikator: 3.4.1 Memahami berbagai alur cara dan pengolahan media karya kreatif. 3.4.2 Menjelaskan berbagai alur cara dan pengolahan media karya kreatif. 4.3.1 Merancang hasil seni. 2. Bahan Materi yang Melandasi Mata Pelajaran a. Bunyi Sebagai Salah Satu Bahan Ajar Mata Pelajaran IPA Trianto (2007:102), mengungkapkan bahwa: IPA adalah suatu kumpulan teori yang sistematis, penerapannya secara umum terbatas pada gejala-gejala alam, lahir dan berkembang melalui metode ilmiah seperti observasi dan eksperimen serta menuntut sikap ilmiah seperti rasa ingin tahu, terbuka, jujur dan sebagainya. Lebih lanjut dinyatakan bahwa ada tiga kemampuan dalam IPA yaitu: 1) Kemampuan mengetahui yang diamati; 2) kemampuan memprediksi apa yang belum diamati dan kemampuan untuk menguji tindak lanjut dari hasil eksperimen dan; 3) dikembangkannya sikap ilmiah. Hal ini berarti bahwa IPA tidak hanya terdiri atas kumpulan pengetahuan atau berbagai macam fakta yang dihafal, IPA juga merupakan suatu kegiatan atau proses aktif menggunakan pikiran dalam mempelajari gejala-gejala alam yang belum dapat direnungkan. Dari pendapat di atas dapat diartikan bahwa hakikat IPA adalah ilmu yang mempelajari tentang fenomena alam dan segala sesuatu yang ada di alam. Produk yang diperoleh dengan metode khusus untuk mendapatkan suatu konsep berdasarkan hasil observasi dan eksperimen tentang gejala alam dan berusahamengembangkan rasa ingin tahu tentang alam serta berperan dalam memecahkan menjaga dan melestarikan lingkungan. Menurut Fisikanesa (2010) : (http://fisikanesia.blogspot.sg/2014/02/memahami-pengertian-bunyi-dan.html) (diunduh pada hari senin, tanggal 2 september 2014, pukul 08.11 WIB) menyatakan bunyi adalah hasil getaran suatu benda. Kekuatan bunyi ditentukan oleh amplitudo dan jarak sumber bunyi dengan pendengar. Tinggi rendahnya frekuensi menentukan tinggi rendahnya nada bunyi. Kuat lemahnya bunyi ditentukan oleh amplitudonya. Bunyi dapat didengar jika memenuhi syarat berikut ini: Frekuensinya antara 20 Hz sampai 20.000 Hz (frekuensi audio). Ada zat perantara bunyi. Perantara atau perambat bunyi dapat berupa zat padat, cair, maupun gas. Bunyi yang frekuensinya kurang dari 20 Hz dinamakan infrasonik dan bunyi yang frekuensinya lebih dari 20 kHz dinamakan ultrasonik. Ultrasonik dapat ditangkap oleh kelelawar dan ikan lumba-Iumba. Dalam kehidupan sehari-hari, bunyi dapat dimanfaatkan untuk: Mengukur kedalaman laut atau kedalaman gua dengan memanfaatkan bunyi pantul. Mengukur cepat rambat bunyi di udara atau cepat rambat bunyi di dalam air. USG (ultrasonografi) dengan memanfaatkan ultrasonik. Sifat-sifat Bunyi Sifat-sifat bunyi pada dasarnya sama dengan sifat-sifat gelombang longitudinal, yaitu dapat dipantulkan (refleksi), dibiaskan (refraksi), dipadukan (interferensi), dilenturkan (difraksi) dan dapat diresonansikan. Sifat-sifat dasar gelombang bunyi: 1) Gelombang bunyi memerlukan medium dalam perambatannya Karena gelombang bunyi merupakan gelombang mekanik, maka dalam perambatannya bunyi memerlukan medium. Hal ini dapat dibuktikan saat dua orang astronout berada jauh dari bumi dan keadaan dalam pesawat dibuat hampa udara, astronout tersebut tidak dapat bercakap-cakap langsung tetapi menggunakan alat komunikasi seperti telepon. Meskipun dua orang astronout tersebut berada dalam satu pesawat. 2) Gelombang bunyi mengalami pemantulan (refleksi) Salah satu sifat gelombang adalah dapat dipantulkan sehingga gelombang bunyi juga dapat mengalami hal ini. Hukum pemantulan gelombang: sudut datang = sudut pantul juga berlaku pada gelombang bunyi. Hal ini dapat dibuktikan bahwa pemantulan bunyi dalam ruang tertutup dapat menimbulkan gaung. 3) Gelombang bunyi mengalami pembiasan (refraksi) Salah satu sifat gelombang adalah mengalami pembiasan. Peristiwa pembiasan dalam kehidupan sehari-hari misalnya pada malam hari bunyi petir terdengar lebih keras daripada siang hari. Hal ini disebabkan karena pada pada siang hari udara lapisan atas lebih dingin daripada dilapisan bawah. Karena cepat rambat bunyi pada suhu dingin lebih kecil daripada suhu panas maka kecepatan bunyi dilapisan udara atas lebih kecil daripada dilapisan bawah, yang berakibat medium lapisan atas lebih rapat dari medium lapisan bawah. Hal yang sebaliknya terjadi pada malam hari. Jadi pada siang hari bunyi petir merambat dari lapisan udara atas kelapisan udara bawah. Untuk lebih jelasnya hal ini dapat kalian lihat pada gambar di bawah. 4) Gelombang bunyi mengalami pelenturan (difraksi) Gelombang bunyi sangat mudah mengalami difraksi karena gelombang bunyi diudara memiliki panjang gelombang dalam rentang sentimeter sampai beberapa meter. Seperti yang kita ketahui, bahwa gelombang yang lebih panjang akan lebih mudah didifraksikan. Peristiwa difraksi terjadi misalnya saat kita dapat mendengar suara mesin mobil ditikungan jalan walaupun kita belum melihat mobil tersebut karena terhalang oleh bangunan tinggi di pinggir tikungan. 5) Gelombang bunyi mengalami perpaduan (interferensi) Gelombang bunyi mengalami gejala perpaduan gelombang atau interferensi, yang dibedakan menjadi dua yaitu interferensi konstruktif atau penguatan bunyi dan interferensi destruktif atau pelemahan bunyi. Misalnya waktu kita berada diantara dua buah loud-speaker dengan frekuensi dan amplitudo yang sama atau hampir sama maka kita akan mendengar bunyi yang keras dan lemah secara bergantian. Penerapan dari sifat-sifat gelombang bunyi di antaranya: 1. Dua astronout tidak dapat bercakap-cakap langsung tetapi menggunakan alat komunikasi seperti telepon karena keadaan dalam pesawat dibuat hampa udara. 2. Terjadinya gaung, yaitu sebagian bunyi pantul bersamaan dengan bunyi asli sehingga bunyi asli terdengar tidak jelas. 3. Pada malam hari bunyi petir terdengar lebih keras daripada siang hari. 4. Kita dapat mendengar bunyi ditikungan meskipun kita belum melihat mobil tersebut karena terhalang tembok yang tinggi. b. Pengubinan Sebagai Salah Satu Bahan Ajar Mata Pelajaran Matematika Matematika adalah ilmu tentang kuantitas. (Aristoteles dalam Franklin, 2009: 104). Matematika adalah bahasa simbol, ilmu deduktif, yang tidak menerima pembuktian secara induktif, ilmu tentang pola keteraturan, ilmu tentang struktur yang terorganisasi. (Ruseffendi, 1991: 12). Dengan adanya pendapat ahli di atas dapat disimpulkan matematika adalah sebuah ilmu yang bersifat deduktif dan merupakan ilmu yang logis dan sistematis yang dipelajari diberbagai jenjang pendidikan. Menurut Malinda (2011) : (https://www.Fshismalinda.files.wordpress.com) (diunduh pada hari senin, tanggal 2 september 2014, pukul 08.18 WIB) menyatakan pengubinan adalah Penyusunan daerah-daerah segi banyak yang sisi-sisinya berimpit sehingga menutup bidang secara komplit (sempurna). Pola Pengubinan c. Pekerjaan Sebagai Salah Satu Bahan Ajar Mata Pelajaran IPS Menurut Saidiharjo (1966: 4) bahwa IPS adalah hasil kombinasi atau hasil pemfusian atau perpaduan dari sejumlah mata pelajaran seperti : geografi, ekonomi, sejarah, sosiologi, antropologi dan politik. Pekerjaan Manusia memiliki kebutuhan hidup masing-masing, seperti kebutuhan akan makanan (pangan), kebutuhan pakaian (sandang) dan kebutuhan akan tempat tinggal (papan). Untuk memenuhi semua kebutuhan tersebut manusia harus bekerja. Dengan bekerja manusia akan memperoleh "hasil", baik berupa uang maupun barang. Dengan hasil yang diperoleh dari bekerja tersebut manusia bisa memperoleh kebutuhannya. Ada banyak sekali jenis pekerjaan di masyarakat, ada yang bekerja sebagai petani, sebagai karyawan swasta, pegawai negeri sipil, pedagang, atlet, guru, pilot, sopir, dokter, seniman dan lainnya. Pengertian Pekerjaan Pekerjaan adalah kegiatan yang dilakukan orang untuk mendapatkan "hasil", bisa berupa uang bisa berupa barang. Tujuan orang bekerja. 1) Untuk memperoleh penghasilan. 2) Untuk mencukupi kehidupan keluarga. 3) Untuk memperoleh kekayaan. 4) Untuk ibadah. Jenis-Jenis Pekerjaan Manusia harus bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.Dengan bekerja,dapat menghasilkan uang. Uang tersebut untuk membeli barang-barang kebutuhan dan membiayai pendidikan. Jenis-jenis pekerjaan ada dua ya
Item Type: | Thesis (Skripsi(S1)) |
---|---|
Subjects: | S1-Skripsi |
Divisions: | Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan > PGSD 2014 |
Depositing User: | Iyas - |
Date Deposited: | 28 Jun 2016 09:35 |
Last Modified: | 28 Jun 2016 09:35 |
URI: | http://repository.unpas.ac.id/id/eprint/5324 |
Actions (login required)
View Item |