PENGGUNAAN MEDIA LINGKUNGAN SEKITAR UNTUK MENINGKATKAN PEMBELAJARAN IPS TENTANG MASALAH SOSIAL BAGI SISWA KELAS IV SEMESTER 2 SDN CIJERAH 6

JUMBRI, 105060212 (2016) PENGGUNAAN MEDIA LINGKUNGAN SEKITAR UNTUK MENINGKATKAN PEMBELAJARAN IPS TENTANG MASALAH SOSIAL BAGI SISWA KELAS IV SEMESTER 2 SDN CIJERAH 6. Skripsi(S1) thesis, FKIP UNPAS.

[img] Text
1. COVER.rtf

Download (730kB)
[img] Text
2. LEMBAR PENGESAHAN.rtf

Download (52kB)
[img] Text
4. PERNYATAAN.rtf

Download (41kB)
[img] Text
7. ABSTRAK.rtf

Download (47kB)
[img] Text
5. KATA PENGANTAR.rtf

Download (313kB)
[img] Text
6. UCAPAN TERIMA KASIH.rtf

Download (62kB)
[img] Text
8. DAFTAR ISI.rtf

Download (205kB)
[img] Text
BAB I.rtf

Download (117kB)
[img] Text
BAB II.rtf

Download (240kB)
[img] Text
BAB III.rtf

Download (744kB)
[img] Text
BAB IV.rtf
Restricted to Repository staff only

Download (21MB)
[img] Text
BAB V.rtf
Restricted to Repository staff only

Download (68kB)
[img] Text
DAFTAR PUSTAKA.rtf

Download (47kB)

Abstract

PENGGUNAAN MEDIA LINGKUNGAN SEKITAR UNTUK MENINGKATKAN PEMBELAJARAN IPS TENTANG MASALAH SOSIAL BAGI SISWA KELAS IV SEMESTER 2 SDN CIJERAH 6 ABSTRAK Mata pelajaran IPS merupakan mata pelajaran yang berawal dari rasa ingin tahu dan mampu merangsang kemampuan berfikir peserta didik. Pembelajaran IPS ditanamkan dari pengetahuan, keterampilan, nilai dan sikap. Penelitian ini dilakukan berdasarkan temuan masalah berupa rendahnya hasil belajar IPS siswa kelas III SDN Cijerah 6 pada materi sejarah uang. Data awal pembelajaran IPS siswa kelas II SDN Cijerah 6 pada materi masalah sosial menunjukan hasil yang rendah yaitu 12 siswa yang tuntas mencapai KKM 70 atau dengan persentase 50%. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh data pembelajaran dengan menggunakan media lingkungan sekitar pada materi masalah sosial dalam rangka meningkatkan pembelajaran IPS. Penelitian ini dilaksanakan di kelas IV SDN Cijerah 6 Bandung, dengan jumlah peserta didik di kelas IV 24 siswa. Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang dilaksanakan dalam dua siklus, pada setiap siklus dilakukan dua kali tindakan yang terdiri dari beberapa kegiatan, antara lain: perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan, observasi, analisis dan refleksi. Peningkatan pembelajaran IPS siswa diukur dengan menggunakan intrumen penilaian produk yang terdiri dari pretest, postest dan lembar kerja siswa (LKS). Standar penilaian didasarkan pada pencapaian Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang ditetapkan yaitu 70. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pembelajaran IPS siswa kelas IV SDN Cijerah 6 mengalami peningkatan, hal ini terbukti pada hasil selama pembelajaran yaitu Pada siklus I, siswa yang telah tuntas mencapai KKM 70 pada pretest sebanyak 3 siswa dengan persentase 12,5%, pada postest sebanyak 6 siswa dengan persentase 25%. Pada siklus II, siswa yang telah tuntas mencapai KKM 70 sebanyak 17 siswa dengan persentase 70,83%, pada postest sebanayak 24 siswa dengan persentase 100% atau semua siswa tuntas. Hal ini menunjukan bahwa penelitian ini telah tuntas dan sesuai dengan indikator penelitian yang telah ditetapkan yaitu 85%. Dapat disimpulkan bahwa pembelajaran IPS dengan menggunakan media lingkungan sekitar dapat meningkatkan hasil pembelajaran siswa kelas IV SDN Cijerah 6 Bandung. Kata kunci: Meningkatkan Pembelajaran, IPS, Lingkungan sekitar, Masalah Sosial. BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pendidikan adalah usaha sadar untuk menumbuhkembangkan potensi sumber daya alam melalui kegiatan pembelajaran. Dalam undang-undang No. 20 tahun 2003 pasal 1 ayat 1 tentang sistem pendidikan nasional menyatakan bahwa. ”Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan usaha belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spritual keagamaan, pengendalian diri, kecerdasan, serta keterampilan yang di perlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Sehingga pendidikan dapat dimaknai sebagai proses mengubah tingkah laku.” Berdasarkan pengertian diatas bahwa dapat disimpulkan bahwa pendidikan yaitu suatu kegiatan pembelajaran yang terencana. Selain itu, pendidikan memiliki tujuan mengembangakan potensi yang ada dalam yang ada dalam diri peserta didik. Sehingga, memiliki kemampuan, keterampilan serta menjadi manusia yang berakhlak mulia dan berguna bagi bangsa dan negara. Guru dan siswa merupakan faktor terpenting dalam pembelajaran. Pentingnya faktor siswa dan guru tersebut dapat dilihat melalui pemahaman hakikat pembelajaran, yakni sebagai usaha sadar guru untuk membantu siswa agar dapat belajar dengan kebutuhan minatnya. (Hasbullah, 2011:49) Sementara Djahiri dan ma’mun (Rudy gunawan, 2011:17) “IPS atau studi sosial konsep-konsepnya merupakan konsep plihan dari berbagai ilmu lalu dipadukan dan diolah secara didaktis-pedagogis sesuai dengan tingkat perkembangan siswa.” Belajar ilmu pengetahuan sosial tidak cukup dengan hafalan atau mencatat saja siswa dituntut untuk mengikuti keinginan dan perintah guru. Belajar IPS hendaknya dapat membuat siswa lebih paham dan menarik sehingga siswa akah lebih mudah memahami pembelajaran IPS. Jabaran UUD 1945 tentang pendidikan dituangkan dalam Undang-Undang No. 20, Tahun 2003. Pasal 3 menyebutkan, “Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.” Pendidikan IPS adalah seleksi dari disiplin ilmu-ilmu sosial dan humaniora, serta kegiatan dasar manusia yang diorganisasikan dan disajikan secara ilmiah dan psikologis untuk tujuan pendidikan’ Sesuai dengan pendapat Sapriya (2008:10) tentang tujuan IPS di SD sebagai berikut: IPS di tingkat sekolah pada dasarnya untuk mempersiapkan para peserta didik sebagai warga negara yang menguasai pengetahuan (knowledge), keterampilan (skills), sikap dan nilai (attitudes and values) yang dapat digunakan sebagai kemampuan untuk memecahkan masalah pribadi atau masalah sosial serta kemampuan mengambil keputusan dan berpartisipasi dalam berbagai kegiatan kemasyarakatan agar menjadi warga negara yang baik. Mata pelajaran ilmu pegetahuan sosial perlu diberikan kepada semua siswa mulai dari sekolah dasar. Hal ini sesuai dengan ketetapan pemerintah dalam KTSP 2006 yang menyatakan bahwa: “ ilmu pengetahuan sosial merupakan salah satu mata pelajaran yang diberikan mulai dari SD/MI/SDLB sampai SMP/MTs/SMPLB.” IPS mengkaji seperangkat peristiwa, fakta, konsep, dan generalisasi yang berkaitan dengan isu sosial. Melalui mata pelajaran IPS, peserta didik diarahkan untuk dapat menjadi warga negara indonesia yang demokrasi, dan bertanggung jawab, serta warga dunia yang cinta damai.” Menurut Permendiknas Nomor 22 Tahun 2006 (Sapriya, 2009: 201) Tujuan mata pelajaran IPS Sekolah Dasar diantaranya sebagai berikut: 1. Mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan lingkungannya; 2. Memiliki kemampuan dasar untuk berpikir logis dan kritis, rasa ingin tahu, inkuiri, memecahkan masalah dan keterampilan dalam kehidupan sosial; 3. Memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan kemanusiaan; 4. Memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerjasama dan berkompetisi dalam masyarakat yang majemuk di tingkat lokal, nasional dan global. Pendidikan IPS merupakan ilmu pengetahuan yang memadukan sejumlah konsep pilihan dari cabang-cabang ilmu sosial lainnya kemudian diolah berdasarkan prinsip pendidikan dan dikdaktik untuk dijadikan program pengajaran pada tingkat persekolahan. Proses pembelajaran yang baik menurut purkey dan novak ( dalam eggen dan kaucak, 1997:64) “ adalah proses yang mengundang siswa untuk melihat dirinya sebagai orang yang mampu dan bernilai, mengarahkan diri sendiri, dan pemberian semangat kepada mereka untuk membuat mereka lebih mandiri. Masalah yang dihadapi dunia pendidikan kita adalah masalah lemahnya proses pembelajaran. Dalam proses pembelajaran, siswa kurang didorong untuk mengembangkan kemampuan berpikir. Proses pembelajaran, di dalam kelas diarahkan kepada kemampuan siswa untuk menghapal. Proses pembelajaran yang terjadi didalam kelas dilaksanakan sesuai dengan kemampuan dan selera guru. Guru dalam pengelolaan pembelajaran tidak merata sesuai dengan latar pendidikan guru dan propesinya. Di lapagan guru sering kebingunungan dan sering menghadapi kendala dalam merancang dan melaksanakan pengajaran, memilih dan menentukan media yang sesuai dengan materi pelajaran dan alat peraganya. Hal ini disebabkan oleh kurangnya kopetensi dan kreatif guru, serta fasilitas pendidikan yang kurang memadai, sehingga guru cendrung memilih metode yang paling mudah dilaksanakan, yaitu metode ceramah dan memberikan tugas kepada siswa untuk mencatan mata pelajaran dibuku sumber tanpa berusaha membangun pengetahuan sendiri. Oleh karena itu pengajaran yang mengunakan media lingkungan sekiatr praktis belum, bahkan tidak dapat dilaksanakan secara optimal, sehingga hasil pembelajaran tidak maksimal. Situasi dalam pembahasan tadi secara tidak langsung menggambarkan situasi yang terjadi di kelas yang peneliti kaji, yaitu di SDN cijerah 6, khususnya di kelas IV , dengan ditemukan fakta pembelajaran pada mata pelajaran IPS yang kurang maksimal, sehingga peneliti menyimpulkan bahwa siswa kelas IV tersebut menganggap mata pelajaran IPS membosankan. Karena siswa dalam kegiatan pembelajran di kelas hanya duduk diam dan guru tidak melibatkan proses pembelajaranya bersama siswa, dalam pembelajaranya pun guru tidak mengaitkan pembelajaran dengan khidupan sehairi-hari sehinga sulit dimengerti oleh siswa padahal pada pokok bahasan tersebut terdapat masalah-masalah yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari. Untuk mempermudah siswa berpikir kreatif dan membangun untuk meningkatkan hasil yang membangun. Dari jumlah 24 orang siswa, 12 orang siswa dengan presentase (50%) memperoleh nilai dibawah KKM, 7 orang siswa dengan presentase (28,12%) memperoleh nilai sama dengan KKM, dan 5 siswa dengan presentase (22,88%) memperoleh nilai diatas KKM yang ditentukan sekolah yaitu 70. Pada pembelajaran tersebut guru masih menggunakan metode ceramah, yaitu sebuah metode mengajar dengan cara mengajar dengan cara menyampaikan informasi dan pengetahuan secara lisan dan masih banyak menggunakan buku paket dan mengahapal. Berdasarkan latar belakang tersebut, penulis bermaksud melaksanakan penelitian dengan judul “Penggunaan Media Lingkunagan Sekitar Untuk Meningkatkan Pembelajaran IPS Tentang Masalaha Sosial Bagi Siswa Kelas IV Semester 2 SDN Cijerah 6” B. IDENTIFIKASI MASALAH Berdasarkan uraian pada latar belakang masalah penelitian, maka dapat diidentifikasi masalah di SDN Cijerah 6 sebagai berikut: 1. Siswa mengalami kesulitan dalam memahami pembelajaran IPS yang cenderung abstrak sehingga mereka kurang termotivasi dalam belajar. 2. Siswa sulit mengaitkan pembelajaran IPS dengan kehidupan sehari-hari yang mereka alami di sekitar lingkungan mereka. 3. Rendahnya minat baca siswa, sehingga sumber belajar berupa buku teks tidak dimanfaatkan secara optimal. 4. Guru kurang memanfaatkan media dalam pembelajaran. 5. Guru masih menggunakan metode pembelajaran konvensional. 6. Lingkungan sekitar yang kurang memberi perhatian kepada pendidikan. 7. Faktor ekonomi di lingkungan sekitar menjadikan pendidikan bukan sebagai hal pokok. C. RUMUSAN MASALAH Berdasarkan identifikasi masalah yang telah di uraikan diatas dapat dirumuskan permasalahan secara umum. “Apakah penggunaan media lingkungan sekitar untuk meningkatkan pembelajaran ips tentang masalah sosial bagi siswa kelas IV semester 2 sdn cijerah 6. 1. Bagaimana perencanaan pembelajaran menggunkan media lingkungan sekitar dapat menigkatkan pembelajaran IPS tentang masalah sosial kelas IV semester 2 SDN Cijerah 6? 2. Bagaimana pelaksanaan pembelajaran media lingkungan sekitar dapat meningkatkan pembelajaran IPS tentang masalah sosial kelas IV semester 2 SDN Cijerah 6? 3. Seberapa besar peningkatan pembelajaran IPS setelah melalui media lingkungan sekitar tentang masalah sosial kleas IV semester 2 SDN Cijerah 6? D. TUJUAN MASALAH 1. Tujuan umum Tujuan dari penelitian ini secara umum adalah untuk mengetahui apakan penggunaan media lingkungan sekitar dapat meningkatkan pembelajaran siswa tentang masalah sosial kelas IV SDN cijerah 6. 2. Tujuan khusus a. Untuk mengetahui bagaimana perencanaan pembelajaran menggunkan media lingkungan sekitar dapat menigkatkan pembelajaran IPS tentang masalah sosial kelas IV semester 2 SDN Cijerah 6? b. Untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan pembelajaran media lingkungan sekitar dapat meningkatkan pembelajaran IPS tentang masalah sosial kelas IV semester 2 SDN Cijerah 6? c. Untuk mengetahui seberapa besar peningkatan pembelajaran IPS setelah melalui media lingkungan sekitar tentang masalah sosial kleas IV semester 2 SDN Cijerah 6? E. MANFAAT PENELITIAN 1. Bagi siswa a. Memberikan kenyamanan bagi siswa dalam mengikuti pembelajaran b. Dapat mengasah kemampuan berfikir siswa lebih kreatif c. Memberikan pengalaman berharga, bahwa pembelajaran IPS tidak membosankan. 2. Bagi guru a. Dapat mengembangkan kemampuanya dalam meneliti b. Membantu untuk mengasilkan kemampuan yang relevan c. Memperbaiki kinerja pada pembahasan masalah sosial 3. Bagi peneliti Dapat mengetahui langsung tentang pemahaman siswa melalui media lingkungan sekitar. 4. Bagi sekolah Sebagai bahan masukan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran di sekolah agar lebih baik. F. DEFINISI OPERASIONAL Untuk menghindari salah penafsiran terhadap istilah yang digunakan dalam penelitian ini, maka perlu dijelaskan beberapa istilah sebagai berikut: 1. Ada istilah yang sangat erat kaitanya tetapi berbeda secara gadual, ialah “ alam sekitar “ dan “ lingkungan “. Alam sekitar menyangkup segala hal yang ada di sekitar kita, baik yang jauh maupun yang dekat letaknya, baik masa silam maupun yang akan datang tidak terikat pada dimensi waktu dan tempat. Lingkungan adalah suatu yang di alam sekitar yang memiliki makna dan/atau pengaruh tertentu kepada individu. 2. Pendidikan IPS merupakan ilmu pengetahuan yang memadukan sejumlah konsep pilihan dari cabang-cabang ilmu sosial lainnya kemudian diolah berdasarkan prinsip pendidikan dan dikdaktik untuk dijadikan program pengajaran pada tingkat persekolahan. 3. Masalah sosial adalah suatu ketidaksesuaian antara unsur-unsur kebudayaan atau masyarakat yang membahayakan kehidupan kelompok sosial. Masalah sosial muncul akibat terjadinya perbedaan yang mencolok antara nilai dalam masyarakat dengan realita yang ada, misalnya masalah penanganan sampah, kenakalan remaja, kriminalitas, kemiskinan dan lain sebagainya. BAB II KAJIAN TEORI A. KAJIAN TEORI 1. Belajar Menurut Iif khoiru ahmadi (2011:1) mengyatakan bahwa tujuan belajar hakekatnya adalah proses perubahan kepribadian meliputi kecakapan, sikap, kebiasaan dan kepandaian. Perubahan itu bersipat menetap dalam tingkah laku sebagai hasil latihan atau pengalaman.Pembelajaran hakikatnya adalah proses interaksi antara anak dengan anak, anak dengan sumber belajar dan anak dengan pendidik. Kegiatan pembelajaran akan bermakna bagi anak jika dalakukan dalam lingkungan nyaman dan aman. Proses belajar bersifat individual dan kontekstual. Dengan demikian pentig bagi guru mempelajari dan menambah wawasan pembelajaran. Dengan kata lain, belajar lebih bermakna jika anak mengalami lansung apa yang dipelajarinya dengan cara mengatifkan secara maksimal potensi indrawi mereka daripada hanya mendengarkan. IPS merupakan suatu program pendidikan dan bukan sub-disiplin ilmu tersendiri, sehingga tidak akan ditemukan baik dalam nomenklatur filsafat ilmu, disiplin ilmu-ilmu social (Social Science), maupun ilmu pendidikan (Sumantri, 2001:89) dalam Rudy gunawan (2013:17) Social Science Education (SSEC) dan National Council For Social Studies (NCSS), dalam Rudy Gunawan (2013:17) menyebut IPS sebagai “Social Science Education” dan “Social Studies”. Dengan kata lain, IPS mengikuti cara pandang yang bersifat terpadu dari jumlah mata pelajaran seperti geografi, ekonomi, ilmu polotik, ilmu hukum, sejarah, antropologi, psikologi, sosiologi, dan sebagainya. 2. Pembelajan IPS Menurut Rudy gunawan. (2013:73) pembelajaran IPS merupakan kegiatan mengubah karakteristik siswa sebelum belajar IPS menjadi siswa yang memiliki karakteristik yang diinginkan . Menurut Iif Khoiru Ahmadi. (2011:1). Pembelajaran adalah proses interaksi antara anak dengan anak, anak dengan sumber belajar dan anak dengan pendidik. Kegiatan pembelajaran akan bermakna bagi anak jika dalakukan dalam lingkungan nyaman dan aman. Proses belajar bersifat individual dan kontekstual. Dengan demikian pentig bagi guru mempelajari dan menambah wawasan pembelajaran. Menurut Nana Supriatna, dkk,(2008) “Tujuan pendidikan IPS adalah mengembangkan kemampuan peserta didik dalam menguasai disiplin ilmu-ilmu sosial untuk mencapai tujuan pendidikan yang lebih tinggi”. IPS di tingkat sekolah pada dasarnya untuk mempersiapkan para peserta didik sebagai warga negara yang menguasai pengetahuan (knowledge), keterampilan (skills), sikap dan nilai (attitudes and values) yang dapat digunakan sebagai kemampuan untuk memecahkan masalah pribadi atau masalah sosial serta kemampuan mengambil keputusan dan berpartisipasi dalam berbagai kegiatan kemasyarakatan agar menjadi warga negara yang baik. Menurut Permendiknas Nomor 22 Tahun 2006 (Sapriya, 2009.:201) Tujuan mata pelajaran IPS Sekolah Dasar diantaranya sebagai berikut: a. Mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan lingkungannya; b. Memiliki kemampuan dasar untuk berpikir logis dan kritis, rasa ingin tahu, inkuiri, memecahkan masalah dan keterampilan dalam kehidupan sosial; c. Memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan kemanusiaan; d. Memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerjasama dan berkompetisi dalam masyarakat yang majemuk di tingkat lokal, nasional dan global. Menurut Kosasih Djahiri, Pendidikan IPS merupakan ilmu pengetahuan yang memadukan sejumlah konsep pilihan dari cabang-cabang ilmu sosial lainnya kemudian diolah berdasarkan prinsip pendidikan dan dikdaktik untuk dijadikan program pengajaran pada tingkat persekolahan. Mengemukakan bahwa karakteristik pembelajaran IPS adalah sebagai berikut: a. IPS berusaha mempertautkan teori ilmu dengan fakta lain atau sebaliknya. b. Penelahaan dan pembahasan IPS tidak hanya satu bidang disiplin ilmu saja, melainkan bersifat komprehensif (meluas/terpadu) yang digunakan untuk menelaah suatu masalah/tema/topik. c. Mengutamakan peran aktif siswa melalui proses belajar inquiri agar siswa mampu mengembangkan berfikir kritis, rasional dan analitis. d. Program pembelajaran disusun dengan meningkatkan/menghubungkan bahan-bahan dari berbagai disiplin ilmu sosial dan lainnya dengan kehidupan nyata dimasyarakat, pengalaman, permasalahan, kebutuhan dan memproyeksikannya kepada kehidupan di masa depan baik dari lingkungan fisik/alam maupun budaya. e. IPS dihadapkan secara konsep dan kehidupan sosial yang sangat labil, sehingga titik berat pembelajaran adalah terjadinya proses internalisasi secara mantap dan aktif pada diri siswa agar siswa memiliki kebiasaan dan kemahiran untuk menelaah permasalahan kehidupan nyata pada masyarakat. f. IPS mengutamakan hal-hal, arti dan penghayatan hubungan antar manusia yang bersifat manusiawi. g. Pembelajaran tidak hanya mengutamakan pengetahuan semata, juga nilai dan keterampilannya. Berusaha untuk memuaskan setiap siswa yang berbeda melalui program maupun pembelajarannya dalam arti memperhatikan minat siswa dan masalah-masalah kemasyarakatan yang dekat dengan kehidupannya. Sesuai dengan pendapat Sapriya dkk, (2006:4) dalam bukunya‘ teaching social studies in the elementary school” mengemukaan sebagai berikut: “... the social sciences are the fields of knowledg which deal with man’s social behavior, his social life, and his social institution; implikasi dari pngertian tersebut menunjukan luasnya ruang lingkup ilmu social, karena menyangkut pada tingkah laku social manusia, kehidupan bermasyarakat serta kelembagaan dalam masyarakat. Pendekatan-pendekatan yang digunakan dalam pembelajaran IPS adalah sebagai berikut: a. Siswa sentris, dimana fokus siswa yang diutamakan. b. Kemasyarakatan sentris, dimana masalah kehidupan nyata dan kemasyarakatan dijadikan sumber dan bahan serta tempat pembelajaran. c. Ekosistem, dimana faktor lingkungan baik fisik maupun budayanya selalu dijadikan pertimbangan dalam pembelajaran IPS. d. Bersifat meluas dengan berpola pengorganisasian bahan terpadu dan bersifat korelated (Mengutamakan teknik inquiri dan menunjukkan siswa belajar aktif sebagai media pembelajaran utama dan yang sekaligus akan melahirkan Cara Mengajar Guru Aktif (CMGA). CBSA dan CMGA dilaksanakan melalui strategi pembelajaran yang multi metode, media sumber, dan evaluasi (M3SE) yang diorganisasikan dan direncanakan serta diteliti secara akurat. Nu’man sumantri ( dalam sapriya, 2006:6 ) mengemukakan pendidikan IPS adalah penyederhanaan disiplin ilmu-ilmu social, ideology neagra dan disilin ilmu lainya serta masalah-masalah sosial terkait yang diorganisasikan dan disajiakn secara ilmiah dan psikologis untuk tujuan pendidikan tingkat dasar dan menengah. Dengan demikian, pengetahuan social merupakan kajian terhadap penomena social dengan pendekatan inter-disipliner ( inter-diciplinary approach). Seperti disimpulkan oleh tjipto sumadi dan M Jafar (1999) bahwa pengetahuan social merupakan pengajaran yang selalu berkenaan dengan kehidupan nyata di masyarakat, yaitu kegiatan usaha yang dilakukan manusia dalam upaya memenuhi kebutuhanya mengatasi masalah-masalah yang dihadapi, dan untuk memajukan kehidupanya. Menurut Muhammad Nu’man Somantri, mengemukakan bahwa pendidikan IPS adalah suatu penyederhanaan disiplin ilmu sosial, ideologi negara dan disiplin ilmu lainnya serta masalah-masalah sosial terkait yang diorganisasikan dan disajikan secara ilmiah dan psikologis untuk tujuan pendidikan pada tingkat dasar dan menengah” Dengan kata lain, pengetahuan social merupakan usaha mempelajari, menelaah dan mengkaji kehidupan social manusia di muka bumi ini. Oleh karena itu, pengetahuan social merupakan pengetahuan praktis yang dapat diajarkan sejak tingkat dasar hingga pengguruan tinggi. Menurut Muhammad Nu’man Somantri mengemukakan bahwa pada dasarnya terdapat empat pendapat mengenai tujuan pengajaran pembelajaran IPS disekolah, yaitu ; a. Untuk mendidik para siswa menjadi ahli ekonomi, politik, hukum, sosiologi dan pengetahuan sosial lainnya b. Untuk menumbuhkan warga negara yang baik c. Organisasi bahan pelajaran harus dapat menampung tujuan para siswa yang akan meneruskan pendidikannya ke perguruan tinggi maupun terjun langsung ke masyarakat d. Untuk mempelajari bahan pelajarran yang bersifat tertutup (tabu) untuk dibicarakan para siswa akan dapat memperoleh kesempatan-kesempatan untuk memecahkan konflik interpersonal maupun antar personal 3. Hakekat pembelajaran IPS Menurut Iif khoiru ahmadi dkk, (2011:8) Perkembanga hidup manusia hakekatnya dimulai sejak lahir sampai dewasa. Ini tak lepas dari peran masyarakat.karena itu, pengetahuan sosial dapat dikatan “tak asing” untuk setiap orang sebab setiap orang sejak bayi telah melakukan hubungan dengan orang lain terutama ibunya dan denga anggota keluarga lainya. Tanpa hungan sosial, bayi tidak mampu berkembang. Pengalaman manusia diluar dirinya tak hanya terbatas hanya dalam keluarga, tapi juga meliputi teman sejawat, warga kampung, dan sebagainya. Hubungan sosial yang dialami makin luas. Dari pengalaman dan pengenalan hubungan sosial tersebut, seseorang akan berkembang pengetahuanya. Penegtahuan ini melekat pada diri seseorang termasuk pada orang lain yang terangkum dalam “pengetahuan sosial”. Segala peristiwa yang dialami dalam hidup manusia akan membentuk pengetahuan sosial dalam dirinya. Sehingga dapat disimpulkan Kehidupan manusia dalam masyarakat beraspek majemuk dan meliputi aspek hubungan sosial, ekonomi, sosial, budaya, politik, sosiologi, sejarah dan geografi. Aspek majemuk artinya bahwa kehidupan sosial meliputi berbagai segi yang berkaitan satu sama lain. 4. Hasil Belajar Menurut Syah, Muhibbin (1995:150) “Pada prinsipnya pengungkapan bahwa hasil belajar ideal meliputi segenap ranah psikologis yang berubah sebagai akibat pengalaman dan proses belajar siswa.” Hasil belajar tersebut dapat terlihat dari adanya perubahan perilaku dalam bentuk pengetahuan (kognitif), sikap (afektif), dan keterampilan (psikomotor):. Menurut Sudjana, Nana (2006:3)“hasil belajar siswa pada hakikatnya adalah perubahan tingkah laku. Berdasarkan pendapat diatas maka dapat ditegaskan bahwa tingkah laku sebagai hasil belajar dalam pengertian yang luas mencakup bidang kognitif, afektif dan psikomotor”. Sehingga dapat disimpulkan dari pernyataan diatas hasil belajar adalah adanya perubahan dalam bentuk pengetahuan dan perubahan tingkahlaku. 5. Fungsi IPS sebagai pendidikan Menurut Iif khoiru ahmadi dkk, (2011:9), Fungsi IPS sebagai pendidikan yaitu membekali anak didik dengan pengetahuan sosial yang berguna untuk masa depanya, keterampilan sosial dan intelektual dalam membina perhatian serta kepedulian sosialnya sebagai SDM yang bertanggung jawab dalam merelisasikan tujuan pendidikan nasional. Pendidikan saat ini sangat diutamakan melalui berbagai cara agar lebih maju. Sehingga Guru dituntut mempunyai berbagai cara agar siswanya aktif dan kreatif. Cara lain menjadikan siswa belajar aktif sejak awal dapat menggunakan berbagai strategi, misalnya strategi pembelajaran IPS melalui berbagai pengetahuan secara aktif. 6. Media Pembelajaran Menurut Rohani (1997:18). Media adalah perantara atau pengantar pesan dari pengirim kepada penerima pesan (dalam bahasa arab). Kata Media berasal dari bahasa Latin Medius yang secara harfiah berarti tengah. Gerlach & Ely (1971) mengatakan bahwa:Media apabila dipahami secara garis besar adalah manusia, materi atau kejadian yang membangun kondisi yang membuat siswa mampu memperoleh pengetahuan, keterampilan atau sikap. Dalam pengertian ini, guru, buku teks dan lingkungan sekolah merupakan media. Secara lebih khusus, pengertian media dalam proses belajar mengajar cenderung diartikan sebagai alat-alat grafis, photografis atau elektronis untuk menangkap, memproses dan menyusun kembali informasi visual atau verbal. Menurut Vernon A. Magnesa (Zaenal Aqib,2013:48) manusia pada hakekatnya dapat belajar melalui enam tingkatan, yaitu: a. 10% dari apa yang DIBACA b. 20% dari apa yang DIDENGAR c. 30% dari apa yang DILIHAT d. 50% dari apa yang DILIHAT dan DIDENGAR e. 70% dari apa yang DIKATAKAN f. 90% dari apa yang DIKATAKAN dan DILAKUKAN Menurut peoples, (1998) dalam buku Zaenal Aqib (2013) seluruh pengetahuan yang kita peroleh didapat dari: 1. 75% dari melihat 2. 13% dari menedengarkan, dan 3. 12% dari menegcap. Mencium, dan meraba Berikut ini adalah filosofi china mengenai media pembelajaran: 1. Saya mendengar, saya dapat lupa. 2. Saya melihat, saya akan ingat. 3. Saya melakukan, saha lebih paham. Pada awal sejarah pendidikan, guru merupakan satu-satunya sumber untuk memperoleh pelajaran. Dalam perkembangan selanjutnya, sumber belajar ini kemudian bertambah dengan adanya buku. Pada masa itu kita mengenal tokoh bernama johan amos camenius yang tercatat sebagai orang pertama menulis buku bergambar yang ditunjukan untuk anak sekolah. Jika kiat amati lebih cermat lagi, pada mulanya media pembelajaran hanya dianggap sebagai alat untuk memebantu guru dalam kegiatan mengajar ( teaching aids ). Alat bantu mengajar grafis atau benda nyata lain. Alat-alat bantu itu dimaksudkan untuk memberikan pengalaman lebih konkrit, motivasi serta mempertinggi daya serap dan daya ingat siswa dalam belajar. 7. Media lingkungan Menurut Sudjana, Nana., & Rivai, Ahmad (Halaman 2014:209), Ada istilah yang sangat erat kaitanya tetapi berbeda secara gadual, ialah “alam sekitar “ dan “ lingkungan “. Alam sekitar menyangkup segala hal yang ada di sekitar kita, baik yang jauh maupun yang dekat letaknya, baik masa silam maupun yang akan datang tidak terikat pada dimensi waktu dan tempat. Lingkungan adalah suatu yang di alam sekitar yang memiliki makna dan/atau pengaruh tertentu kepada individu. Contoh: seseorang yang berada dalam perjalanan di padang pasir tentunya merasa sangat bermakna guna meredam rasa hausnya. Situasi/kondisi yang sedang dihadapi oleh individu, dan besar pengaruhnya terhadap prilaku individu tersebut. Lingkungan ( environment ) sebagai dasar pengajaran adalah faktor kondisional yang mempengaruhi tingkah laku individu dan merupakan faktor belajar yang penting. Lingkungan belajar/pembelajaran/pendidikan terdiri dari berikut : a. Lingkungan sosial adalah lingkungan masyarakat baik kelompok besar atau kelompok kecil b. Lingkungan personal meliputi individu-individu sebagai suatu pribadi berpengaruh terhadap individu pribadi lainya c. Lingkungan alam ( fisik ) meliputi semua sumber daya alam yang dapat di berdayakan sebagai sumber belajar d. Lingkungan kultural mencangkup hasil budaya dan teknologi yang dijadikan sumber belajar dan yang dapat menjadi faktor pendukung pengajar. Dalam konteks ini termasuk sistem nilai, norma, dan adat kebiasaan. Suatu lingkungan pendidikan/pengajaran memiliki fungsi-fungsi sebagai berikut: a. Fungsi psikologis ; stimulus bersumber/berasal dari lingkungan yang merupakan rangsangan tehadap individu sehingga terjadi respons, yang menunjukan tingkah laku tertentu. Respon tadi pada giliranya dapat menjadi stimulus baru yang menimbulkan respons baru, demikian seterusnya. Ini berarti, lingkungan mengandung makna dan melaksanakan fungsi psikologis tertentu. b. Fungsi pedagogis; lingkungan memberikan pengaruh-pengaruh yang bersifat mendidik, khususnya lingkungan yang sengaja disiapkan sebagai suatu lembaga pendidikan, misalnya keluarga, sekolah, lembaga pelatihan, lembaga-lembaga sosial. Masing-masing lembaga tersebut memiliki program pendidikan, baik tertulis maupun yang tidak tertulis c. Fungsi instruksional; program intruksional merupakan suatu lingkungan pengajaran/pembelajaran yang dirancang secara khusus. Guru yang mengajar, materi pelajaran, sarana dan prasarana pengajaran, media pengajaran, dan kondisi lingkungan kelas (fisik) merupakan lingkungan yang sengaja dikembangkan untuk mengembangkan tingkah laku siswa. Suatu dimensi lingkungan yang sangat penting adalah masyarakat. Dalam konteks ini masyarakat mecakup unsur-unsur individu, kelompok, sumber-sumber alami, sumber budaya, sistem nilai dan norma, kondisi/situasi serta masalah-masalah, dan berbagai hambatan dalam masyarakat, secara keseluruhan merupakan lingkungan masyarakat. Menurut Hamalik, Oemar. (2001:194) Lingkungan sebagai media pengajaran meliputi: Penggunaan media grafis, tiga dimensi, dan proyeksi seperti telah dijelaskan sebelumnya, pada dasarnya memvisualkan fakta, gagasan, kejadian, peristiwa dalam bentuk tiruan dari keadaan sebenarnya untuk dibahas dalam kelas dalam membantu proses pengajaran. Di luar kelas dengan menghadapkan para siswa kepada lingkungan yang aktual untuk dipelajari, diamati dalam hubunganya dengan proses belajar mengajar. Cara ini lebih bermakna disebabkan para siswa dihadapkan dengan peristiwa dan keaadaan yang sebenarnya secara alami, sehingga lebih nyata, lebih faktual dan kebenaranya lebih dapat dipertanggungjawabkan. Membawa kelas atau para siswa keluar kelas dalam rangka kegiatan belajar tidak terbatas oleh waktu. Artinya tidak selalu memakan waktu yang lama, tapi bisa saja dalam satu atau dua jam pelajaran bergantung kepada apa yang akan dipelajarinya dan bagaimana cara mempelajarinya. Banyak keuntungan yang diperoleh dari kegiatan mempelajari lingkungan dalam proses belajar antara lain: a. Kegiatan belajar lebih menarik dan tidak membosankan siswa duduk di kelas berjam-jam, sehingga motivasi belajar siswa akan lebih tinggi b. Hakikat belajar lebih bermakna sebab siswa dihadapakan dengan situasi dan keadaan yang sebenarnya atau bersifat alami c. Bahan-bahan yang dapat dipelajari lebih kaya serta lebih faktual sehingga kebenaranya lebih akurat d. Kegiatan belajar siswa lebih konprehensif dan lebih aktif sebab dapat dilakukan dengan berbagai cara mengamati, bertanya atau wawancara, membuktikan atau mendeomontrasikan, menguji fakta, dan lain-lain e. Sumber belajar menjadi lebih kaya sebab lingkungan yang dapat dipelajari bisa beraneka ragam seperti lingkungan sosial, lingkungan alam, lingkungan buatan, dan lain-lain f. Siswa dapat memahami dan menghayati aspek-aspek kehidupan yang ada dilingkunganya, sehingga dapat membentuk pribadi yang tidak asing dengan kehidupan disekitarnya, serta dapat memupuk cinta lingkungan Oleh sebab itu lingkungan sekitarnya harus dioptimalkan sebagai media dalam pengajaran dan lebih dari itu dapat dijadikan sumber belajar para siswa.berbagai bidang studi yang dipelajari siswa disekolah hampi bisa dipelajari dari lingkungan seperti ilmu-ilmu sosial, ilmu pengetahuan alam, bahasa, seni, keterampilan, olahraga, dan lain-lain Beberapa kelemahan dan kekurangan yang terjadi dalam melaksanakanya berkisar pada teknis penaturanya waktu dan kegiatan belajar misalnya: a. Kegiatan belajar kurang dipersiakan sebelumnya yang menyebabkan pada waktu siswa ke tujuan tidak melakukan kegiatan belajar yang diharapakan sehingga ada kesan main-main. Kelemahan ini bisa diatasi dengan mempersiapakan yang matang-matang sebelum kegiatan itu dilaksanakan. Misalnya menentukan tujuan mana siswa mempelajarinya, menentukan apa yang harus dipelajarinya, berapa lama dipelajari, cara memperoleh informasi, mencatat hasil yang diperoleh dan lain-lain. b. Ada kesan dari guru dan siswa bahwa kegiatan mempelajari lingkungan memerlukan waktu yang cukup lama, sehingga menghabiskan waktu cukup lama untuk belajar di kelas. Kesan ini keliru kunjungan ke kebun sekolah keadaan tanah, jenis tumbuhan dan lain-lain cukup dilakukan beberapa menit selanjutnya kembali ke kelas untuk membahas lebih lanjut apa yang telah dipelajarinya c. Sempitnya pandangan guru bahwa kegiatan belajar hanya terjadi di dalam kelas. Ia lupa bahwa tugas belajar siswa dapat dilakukan diluar jam kelas atau pelajaran baik secar individual maupun kelompok dan satu diantaranya dapat dilakukan mempelajari keadaan lingkunganya. Menurut Sagala, Ayaiful (2003:180) Teknik menggunakan lingkungan. Beberapa cara bagaiman mempelajari lingkungan sebagai media sumber belajar, yaitu : Cara pertama dengan survey, yakni siswa mengungjungi lingkungan seperi masyarakat setempat untuk mempelajari proses sosial. Kegiatan belajar ini dilakukan siswa melalui observasi dan wawncara. Cara kedua dengan kamping atau berkemah. Kemah memerlukan waktu. Cara ketiga. Dengan field trip atau karyawisata. Dalam pengertian pendidikan karyawisata adalah kunjungan siswa keluar kelas untuk mempelajari objek tertentu. Cara ke empat. Dengan praktek lapangan. Praktek lapangan dilakukan oleh para siswa untuk memperoleh keterampilan dan kacakapan khusus. Cara ke lima. melalui proyek pelayanan dan pengabdian pada masyarakat. Cara ke enam. Mengundang manusia sumber atau nara sumber Enam cara yang dikemukakan di atas tidak hanya bermamfaat bagi proses belajar namun lebih dari itu dapat digunakan sebagai media kerja sama sekolah dengan masyarakat. Dari semua lingkungan masyarakat yang dapat digunakan dalam proses pendidikan dan pengajaran secara umum dapat dikatgorikan menjadi tiga macam lingkungan belajar yakni lingkungan sosial, lingkungan alam, lingkungan buatan. a. Lingkungan sosial Lingkungan sosial sebagai sumber berkenaan dengan interaksi manusia dengan kehidupan bermasyarakat, lingkungan sosial sebagai media dan sumber belajar hendaknya dimulai dari lingkungan yang paling tepat b. Lingkungan alam Lingkungan alam bekenaan dengan segala sesuatu yang sifatnya alamiah, dengan mempelajari lingkungan alam diharapakan para siswa dapat lebih memahami materi pelajaran di sekolah serta dapat lebih memahami materi pelajaran c. Lingkungan buatan Di samping lingkungan sosial dan lingkungan alam yang sifatnya alami, ada juga yang disebut lingkungan buatan yakni lingkunganya buatan yakni lingkunagn yang sengaja diciftakan atau di bangun manusia Belajar pada hakikatnya adalah suatu interaksi antara individu dan lingkungan. Lingkungan menyediakan rangasangan (stimulus) terhadap individu memberikan respons terhadap lingkungan. Dalam proses interaksi itu dapat terjadi perubahan pada diri individu berupa perubahan tingkah laku. Dapat juga terjadi, individu menyebatkan terjadi perubahan pada lingkungan, baik yang positif atau bersifat negatif. Hal ini menunjukan, bahwa fungsi lingkungan merupakan faktor yang penting dalam proses belajar mengajar. 8. Masalah sosial Menurut Sapriya. (2009:201) Masalah sosial adalah suatu ketidaksesuaian antara unsur-unsur kebudayaan atau masyarakat yang membahayakan kehidupan kelompok sosial. Masalah sosial muncul akibat terjadinya perbedaan yang mencolok antara nilai dalam masyarakat dengan realita yang ada, misalnya masalah penanganan sampah, kenakalan remaja, kriminalitas, kemiskinan dan lain sebagainya. Masalah sosial di Indonesia tidak hanya itu, akan tetapimasih banyak lagi. Masalah-masalah sosial yang dapatterjadi di perdesaan maupun perkotaan antara lainsebagai berikut. a. Pengangguran Pengangguran adalah orang dewasa yang tidak bekerja dan tidak mendapatkan penghasilan. Jumlah pengangguran semakin bertambah karena jumlah lulusan sekolah tidak sebanding dengan jumlah lapangan pekerjaan. Selain itu, para pengusaha dihadapkan pada persoalan kenaikan tarif listrik dan harga bahan bakar minyak yang mahal. Hal itu menyebabkan banyaknya perusahaan yang tutup dan bangkrut. Pengangguran menimbulkan berbagai masalah sosial lain seperti kemiskinan, kejahatan, perjudian,kelaparan, kurang gizi, dan sebagainya. b. Kemiskinan Semakin banyak dan semakin lama orang menganggur menyebabkan kemiskinan. Di Indonesia jumlah rakyat miskin masih cukup banyak, walaupun pemerintah telah berupaya mengatasinya. Orang yang miskin tidak dapat memenuhi kebutuhan pokoknya seperti sandang, pangan, dan papan. Kemiskinan menyebabkan berbagai masalah sosial yang lain. Misalnya kejahatan, kelaparan, putus sekolah,kurang gizi, rentan penyakit, dan stres. c. Kejahatan. Pengangguran dan kemiskinan terjadi secara bersamaan. Kalau tidak dilandasi keimanan dan akal sehat, para penganggur mengambil jalan pintas untuk mengatasi kemiskinannya. Banyak cara keliru yang dijalani, misalnya melakukan judi, kejahatan, penipuan, bahkan kadang-kadang menimbulkan ketegangan dan pertengkaran di wilayah setempat. Sebagai generasimuda, kalian harus menghindari segala tindak kejahatan. d. Pertikaian. Kemiskinan yang berkelanjutan bisa berakibat buruk pada permasalahan sosial yang lain. Para penganggur kadang-kadang mudah tersinggung perasaannya dan mudah marah. Jika banyak pengangguran, mudah timbul permusuhan dan pertikaian. Jika masyarakat sering bermusuhan, maka kerukunan, kedamaian, dan ketenteraman warga setempat terganggu. Hal-hal semacam itu menimbulkan permasalahan sosial yang semakin banyak. Sebagai generasi muda, kalian harus menghindari pertikaian. Pengangguran dapat menyebabkan kemiskinan, dan selanjutnya menimbulkan kejahatan dan permusuhan atau pertikaian dalam masyarakat. Hal ini merupakan masalah sosial yang harus kita atasi. Pemerintah selalu berusaha mengatasi berbagaipersoalan sosial dengan peran serta tokoh masyarakat, pengusaha, pemuka agama, tetua adat, dan lain-lain.Bahkan kalian sebenarnya dapat ikut berperan sertadalam mengatasi persoalan sosial tersebut. Berbagai cara yang dapat dilakukan oleh berbagai pihakdalam membantu mengatasi masalah sosial antara lain: a. Menjadi orang tua asuh bagi anak sekolah yangkurang mampu. b. Tokoh agama memberikan penyuluhan tentang keimanan dan moral dalam menghadapi persoalansosial. c. Para pengusaha dan lembaga-lembaga sosialkemasyarakatan lain ikut memberikan beasiswa. d. Lembaga Bantuan Hukum (LBH) dan Lembaga Sosial Masyarakat (LSM) membantu dalam berbagai bidang dimulai dengan penyuluhan sampaibantuan berupa materi. e. Lembaga-lembaga dari PBB seperti UNESCO, UNICEF, dan WHO memberikan bantuan kepada pemerintah Indonesia untuk mengatasi masalahsosial. f. Para dermawan yang secara pribadi banyak memberi bantuan kepada masyarakat sekitarnya berupamateri. g. Organisasi pemuda seperti karang taruna yang mendidik dan mengarahkan para remaja putus sekolah dan pemuda untuk berkarya dan berusaha mengatasi pengangguran. h. Perguruan tinggi melakukan pengabdian kepada masyarakat dengan memberikan berbagai penyuluhan. Selain cara-cara tersebut di atas, pemerintah juga menggalakkan berbagai program untuk mengatasi masalah sosial antara lain: a. Pemberian Bantuan Operasional Sekolah (BOS) BOS diberikan kepada siswa-siswa sekolah mulai dari sekolah dasar sampai tingkat SLTA. Tujuanya untuk meringankan biaya pendidikan. b. Pemberian Bantuan Tunai Langsung (BTL) BTL diberikan kepada masyarakat miskin yang tidak berpenghasilan sebagai dana kompensasi kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM). c. Pemberian Kartu Askes Bagi keluarga miskin pemerintah memberikan kartu Askes untuk berobat ke puskesmas atau rumah sakityang ditunjuk dengan biaya ringan atau gratis. d. Pemberian Beras Untuk Masyarakat Miskin (Raskin) Pemberian bantuan pangan dari pemerintah berupa beras dengan harga yang sangat murah. e. Pemberian Sembako Pemberian bantuan pangan lainnya berupa sembako, dengan harga murah. B. HASIL PENELITIAN TERDAHULU YANG SESUAI DENGAN PENELITIAN 1. Hasil Penelitian Khusnul Khotimah tahun 2011. Khusnul Khotimh, mahasiswi Universitas Negeri Malang, S1 Program Studi S1 PGSD. 2011. Dalam sebuah skripsi yang berjudul “Pemanfaatan Media Lingkungan Sekitar Pada Penjumlahan Dan Pengurangan Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas I SDN Ketawanggede 1 Kota Malang” SDN Ketawanggede 1 Kota malang merupakan sekolah yang menggunakan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Berdasarkan hasil observasi awal ditemukan kondisi tentang rendahnya penguasaan materi dikarenakan penggunaan media pembelajaran yang dipakai di SDN Ketawanggede 1 Kota malang ini yaitu media sedotan. Siswa cenderung terlihat jenuh setiap kali pembelajaran hanya menggunakan media sedotan. Permasalahan ini dicoba diatasi dengan penggunaan media lingkungan sekitar seperti daun dan kerikil serta mencoba pembelajaran yang dilakukan di luar kelas untuk meningkatkan keaktifan siswa sehingga siswa lebih mudah dalam memahami konsep matematika. Tujuan penelitian ini yaitu mendeskripsikan : 1) penggunaan media lingkungan sekitar pembelajaran matematika kelas 1 dengan memanfaatkan media lingkungan sekitar pada pokok bahasan penjumlahan dan pengurangan bilangan asli; 2) Peningkatan hasil belajar siswa Kelas 1 SDN Ketawanggede 1 Kota Malang. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian tindakan kelas yang meliputi beberapa tahap yaitu : perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan, observasi, danrefleksi. Penelitian ini dilaksanakan dalam dua siklus dan pengumpulan data diperoleh dari observasi, wawancara, dokumentasi, dan tes. Penelitian ini dilaksanakan pada siswa kelas I SDN Ketawanggede 1 Kota Malang, dengan banyaknya siswa 35 siswa. Penelitian ini dilaksanakan pada tahun ajaran 2010-2011, jenis data yang dipakai dalam penelitian ini berupa nilai Matematika, LKS, soal test akhir sebanyak 10 soal, lembar observasi penguasaan materi siswa dan lembar observasi aktivitas siswa. 2. Hasil Penelitian Maria Ulfa tahun 2010. Maria Ulfa mahasiswi S1 Program Studi S1 PGSD.2010. dalam sebuah dalam sebuah skripsi yang berjudul “Meningkatkan Keterampilan Menulis Karangan Deskripsi Siswa Kelas IV Melalui Media Lingkungan Sekitar Di SDN Ngawonggo 02 Tajinan-Malang”. Keterampilan menulis diajarkan mulai jenjang SD/MI hingga jenjang SMA/MA. Salah satu keterampilan menulis adalah menulis karangan deskripsi. Melalui pembelajaran menulis karangan deskripsi, diharapkan siswa mampu menulis karangan deskripsi dengan baik. Berdasarkan observasi pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti di SDN Ngawonggo 02 Kecamatan Tajinan Kabupaten Malang ditemukan beberapa masalah dalam pembelajaran menulis karangan deskripsi anatara lain: (1) guru hanya menggunakan metode konvensional, yaitu tanya jawab kemudian penugasan; (2) guru tidak menggunakan media khusus yang bisa memotifasi siswa agar bisa menulis karangan deskripsi; (3) guru tidak menginformasikan tahap menulis karangan deskripsi; (4) siswa tidak memperhatikan penggunaan isi dan bahasa. Persoalan di atas menginspirasikan perlunya dilakukan penelitian penggunaan media lingkungan sekitar pada siswa kelas IV SDN Ngawonggo 02. Penelitian ini bertujuan untuk: (1) memaparkan penggunaan media lingkungan sekitar dalam meningkatkan kemampuan menullis karangan deskripsi siswa kelas IV SDN Ngawongo 02; (2) memaparkan peningkatan kemampuan menulis karangan deskripsi siswa kelas IV SDN Ngawonggo 02 dilihat dari penggunaan isi (kelengkapan isi, kesesuaian isi, kerincian isi) dan bahasa (ejaan dan tanda hubung) setelah menggunakan media lingkungan sekitar. Rancangan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (PTK). Melalui PTK ini dilaksanakan pembelajaran menulis karangan deskripsi dengan memanfaatkan media lingkungan sekitar, yang berlangsung dalam tiga tahaan menulis, yaitu tahap prapenulisan, tahap penulisan, dan tahap merevisi. Melalui media lingkungan sekitar ini, siswa dihadapkan dengan keadaan yang sebenarnya sehingga siswa mengalami sendiri dan mencari pengalaman sendiri dengan bimbingan guru. Dalam penelitian ini, peneliti berkolaborasi dengan guru merencanakan tindakan pembelajaran yang terdiri atas 2 siklus. Masing-masing siklus terdiri dari tahapan: (1) Perencanaan; (2) Pelaksanaan; (3) Pengamatan; (4) Refleksi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada peningkatan aktifitas belajar dan hasil belajar siswa. Pada siklus I hasil belajar siswa menunjukkan rata-rata 57,33% dan pada siklus II meningkat menjadi 69,23%. Selain itu ketuntasan belajar pada siklus I masih 33,33% dan meningkat menjadi 57,14% pada siklus II. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa pembelajaran menulis karangan deskripsi siswa kelas IV dengan memanfaatkan media lingkungan sekitar dapat meningkatkan keterampilan menulis karangan deskripsi dan peningkatan hasil keterampilan menulis karangan deskripsi siswa. Pada kegiatan pra tindakan, rata-rata hasil belajar siswa 53,04, siklus I mengalami peningkatan menjadi 57,33, dan pada siklus II meningkat menjadi 69,23. Ketuntasan belajar pada siklus I adalah 33,33% dan meningkat menjadi 57,14% pada siklus II. Berdasarkan hasil penelitian yang menunjukkan bahwa hasil belajar siswa mengalami peningkatan yang baik, maka disarankan kepada: (1) Guru bidang studi bahasa Indonesia hendaknya menggunakan media lingkungan sekitar dalam pembelajaran menulis karangan deskripsi dan proses pembelajaran bisa dilakukan di luar kelas supaya siswa tidak merasa bosan dengan proses belajar mengajar yang selalu dilakukan di dalam kelas; (2) Sekolah hendaknya memberikan fasilitas yang baik dalam pemenuhan media pembelajaran agar tujuan pembelajaran bisa tercapai dan hasil belajar yang maksimal; (3) Siswa hendaknya lebih sering berlatih menulis karangan deskripsi di mana saja dan kapan saja C. KERANGKA PEMIKIRAN Peningkatan hasil belajar siswa dengan menerapkan lingkuangan sekitar pada pembelajaran IPS tentang masalah sosial di kelas IV SDN Cijerah 6 Kota Bandung, yang menjadi subjek penelitian ini adalah mengenai pembelajaran IPS tentang masalah sosial. Rendahnya pembelajaran IPS siswa terhadap konsep pembelajaran IPS salah satunya adalah dalam proses pembelajaran, guru tidak menggunakan media pembelajaran. Selain itu, guru sering beranggapan bahwa dengan menggunakan media pembelajaran dalam proses pembelajaran di kelas, proses pembelajaran akan menjadi sulit dan memerlukan waktu yang relatif lebih lama. Penerapan media lingkungan sekitar sebagai alternatif peneliti dalam pelaksanaan perbaikan pembelajaran yang akan dilaksanakan. Dengan penerapan media lingkungan sekitar di harapkan dapat memberi pengaruh yang baik bagi penulis dan peserta didik dalam proses pembelajaran. Selain itu dapat memberi peningkatan kualitas proses belajar yang lebih bermakna, aktif, kreatif dan inovatif. Oleh sebab itu lingkungan sekitarnya harus dioptimalkan sebagai media dalam pengajaran dan lebih dari itu dapat dijadikan sumber belajar para siswa.berbagai bidang studi yang dipelajari siswa disekolah hampir bisa dipelajari dari lingkungan seperti ilmu-ilmu sosial, ilmu pengetahuan alam, bahasa, seni, keterampilan, olahraga, dan lain-lain. Sekarang belajar melalui media linkungan jarang dilakukan. Ada beberapa alasan orang tidak mempelajari benda sebenarnya, yaitu membutuhkan waku yang lama. Kalaupun ada bukan dari pembelajaran IPS, itu bisa dari pembelajaran Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan (PJOK) Segala permasalahan di yang telah diuraikan di atas, harus disikapi dengan mencari jalan keluar bagaimana agar segala kesulitan ini dapat dilewati dan menghasilkan hasil belajar peserta didik yang lebih baik dan bermakna. Mengacu pada karakteristik materi yang membutuhkan pembelajaran yang baik, maka media pembelajaran yang digunakan harus disesuaikan yaitu media pembelajaran lingkungan sekitar. Pada prinsipnya peserta didik dapat mengerti pembelajaran IPS melalui media yang digunakan, dan diharapkan dengan mengadakan media lingkungan sekitar peserta didik dapat memahami materi dengan lebih baik. Adapun hubungan permasalahan diatas dapat digambarkan dalam diagram sebagai berikut : Gambar 2.1 Gambar 2.1 Kerangka Berpikir

Item Type: Thesis (Skripsi(S1))
Subjects: S1-Skripsi
Divisions: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan > PGSD 2014
Depositing User: Iyas -
Date Deposited: 25 Jun 2016 03:13
Last Modified: 25 Jun 2016 03:13
URI: http://repository.unpas.ac.id/id/eprint/4974

Actions (login required)

View Item View Item